Oleh Zaenal Brigga
mobilinanews (Jakarta) - Saat ini, kebutuhan BBM (Bahan Bakar Minyak) di Indonesia, perhari 1.500.000 barel. Sementara, kemampuan dalam negeri cuma mampu mengebor minyak 800.000 barel, yang berarti sisanya impor.
Pada APBN (Anggaran Pendapatan & Belanja Negara) tahun 2018, pemerintah menganggarkan subsidi BBM Rp 96 triliun, dengan asumsi harga minyak 43 dollar per barrel dan rupiah 13.400 per dolar.
Nah, sekarang dengan dolar sudah tembus ke Rp 14.600 dan harga minyak dunia meroket ke 72 dolar per barel, maka jebolah devisa dari Rp 96 triliun naik ke Rp 161 triliun !
Untuk mengurangi devisit berjalan dari harga BBM yang semakin liar, pemerintah kemudian banting setir dari minyak ke biodiesel.
Presiden Jokowi telah mencanangkan dari B10 yang sudah berjalan ke angka B20.
B20 artinya biodiesel 20% bahannya dari minyak sawit, solar dioplos dengan minyak. Rinciannya solar 800 ml ditambah 200 ml minyak sawit.
Dengan cara ini pemerintah bisa menghemat 300.000 barel perhari dari impor minyak.
Dengan demikian, ibarat pepatah sekali dayung dua tiga pulau terlewati. Menghemat devisa sekaligus memakmurkan petani kebun sawit.
Dan ke depan, jika program B20 bahan bakar minyak dari kelapa sawit ini bisa dikembangkan lebih masif lagi, sehingga sekaligus menggantikan bahan bakar minyak yang akan segera habis.
Kita punya kebun kelapa sawit terluas di dunia dengan 14 juta hektar di seluruh Indonesia.
Sebagai contoh, Brazil sebagai negara terluas punya kebun tebu di dunia sekarang sudah berhasil mobilnya memakai bioetanol 100%.
Indonesia memiliki potensi seperti Brazil.