mobilinanews (Jakarta) – Berdasarkan survey yang dilakukan GO-JEK, rata-rata masyarakat Indonesia yang memanfaatkan kendaraan pribadi habiskan waktu hingga empat jam perhari di jalan akibat kemacetan.
Data ini mengacu hasil survei internal yang dilakukan GO-JEK kepada lebih dari 1.000 responden di 8 kota besar di Indonesia yang belum lama ini dirilis (19/10).
Waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal yang lebih produktif. Fakta ini yang mendasari GO-JEK sebagai pelopor penyedia layanan ride-hailing di Indonesia luncurkan kampanye #UdahWaktunya.
Pernyataan yang sama disampaikan Psikolog Klinis dari Universitas Indonesia Dessy Ilsanty.
Masyarakat urban usia produktif yang biasa membawa kendaraan pribadi dan terjebak macet, memiliki tekanan dari lingkungan misalnya harus berada di suatu tempat pada waktu yang ditentukan.
“Sedangkan dia masih berada di tempat yang kurang lebih sama akibat macet, sehingga memunculkan persepsi bahwa kondisi dirinya tidak dapat memenuhi tuntutan yang ada yakni tidak bisa tiba di waktu yang diharapkan. Hal ini lah yang akan memunculkan stress,” kata Dessy.
Sebagai contoh pada pekerja kantoran, terjadinya stress ini akan berpengaruh pada kinerjanya dalam menjalankan pekerjaan, lanjut Dessy.
“Nantinya seseorang yang terlalu lama menyetir dalam kemacetan akan mengalami gejala psikis negatif seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, serta mudah terdistraksi,” tambahnya.
Lamanya waktu yang dihabiskan di jalan akibat nyetir dan menggunakan kendaraan pribadi berdasarkan survey yang dilakukan GO-JEK ini bisa menyebabkan masyarakat tidak produktif.
Dalam rilisnya, waktu tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan untuk bersama keluarga, teman, beristirahat atau melakukan hobi.
Berdasarkan fakta ini, GO-JEK ajak masyarakat untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke layanan baru ride-hailing.
Sudah siapkah beraktivitas sehari-hari meninggalkan kendaraan pribadi? (anto)