mobilinanews (Jakarta) - Wacana terkait pelarangan penggunaan GPS untuk pengendara motor akhir-akhir ini ramai menjadi perbincangan.
Di satu sisi banyak orang yang masih membutuhkan GPS sebagai panduan agar tidak salah jalan, namuun disisi lain ketergantungan pada GPS saat berkendara juga berpotensi membuat celaka.
Ipung Purnomo selaku Direktur Keselamatan Berlalu Lintas IMI (Ikatan Motor Indonesia) Pusat ikut angkat bicara soal pelarangan GPS ini.
Secara pribadi, Ipung mendukung kebijakan pelarangan penggunaan GPS bagi pengendara motor.
Penggunaan GPS di sepeda motor itu kan memang mengganggu pandangan dan mengganggu konsentrasi. Sibuk lihat GPS sehingga kita tidak melihat situasi di jalan seperti apa.
"Kalau untuk kebutuhan touring misalnya, sebaiknya survey dulu, sehingga sudah tahu jalur yang mau dilintasi, serta tahu jalur alternatifnya," ujar Kombes Ipung Purnomo saat ditemui di acara Diskusi Safety Riding yang diselenggarakan Mobilinanews & IRC tire Minggu (24/2) di Balai Sarwono, Jakarta Selatan.
Ipung menganjurkan bagi pengendara yang tetap butuh GPS sebaiknya memakai helm bluetooth yang terkoneksi ke smartphone sehingga masih bisa dapat panduan arah.
Namun permasalahannya tidak semua masyarakat mampu membeli helm teknologi bluetooth yang memang terbilang mahal.
Lalu apa jalan keluarnya?
"Kalau umpamanya memang mereka berkendara sehari-hari di perkotaan seperti Jakarta kan tidak seharusnya selalu tergantung GPS. Intinya harus hafal jalan. Menurut saya itu hanya masalah waktu kok, masa tiap hari terus-terusan pakai GPS. Pasti perlahan-lahan mereka tahu dan hafal jalan," ungkap Ipung.
"Begitupun untuk ojek online seharusnya mereka sudah tahu jalan. Kalaupun mau lihat maps nya sebaiknya menepi jangan sambil jalan melototin HP," tutup Ipung. (adr)