mobilinanews (Jakarta) - Setiap ada kesempatan liburan dari kampusnya Padernorn University, Jerman, dimanfaatkan Keanon Santoso pulang ke Jakarta.
Seperti pada minggu kedua bulan April lalu, pegokart dan pembalap Asian Formula Renault pilih pulkam (pulang kampung), namun pada akhir bulan sudah harus kembali ke Jerman.
Nah, ketika kembali ke negeri Bavaria itu ia tidak mendapati sepedanya di flat-nya, di tempat biasa alias raib.
"Saya nggak inget pasti, apakah sudah saya iket apa belum sepeda itu. Mau tanya siapa, ya tetap ilang. Yo wis," ujar Keanon kepada mobilinanews di Jakarta, Selasa (4/6/2019) lalu.
Sepeda itu dibeli dengan kondisi bekas. "Kalau dirupiahkan, sekitar Rp 1 juta," terang Keanon.
Tapi, bukan karena bekas atau barunya. Bagi Keanon, sepeda itu sangatlah vital. Karena ke mana-mana dalam durasi maksimal 15 menit, ia memilih dengan mengayuh sepeda itu. Utamanya, untuk belanja di mini market atau sesekali memang buat olahraga.
Kalau jarak agak jauh, bisa ditempuhnya dengan naik bus atau yang paling favorit naik kereta.
Menurut pemilik nama lengkap Teofilos Keanon Yoesmi Santoso yang lahir pada 19 Juni 2000 ini, di Jerman harga kebutuhan pokok, termasuk bahan makanan relatif murah.
"Namun untuk kebutuhan lain, yang bersifat sekunder, peralatan elektronik hingga seperti sepeda dibanderol relatif mahal. Tapi, public transportation di sana komplit dan murah," tutur maskot TKM Racing yang ambil jurusan mesin di kampusnya.
Yang jelas, kuliah di Jerman sangat ketat dan independen. Jangan coba telat masuk kampus meski hanya hitungan menit. Dan, independen di sini, karena semua dengan menggunakan bahasa Jerman.
Tapi kuliah di negerinya pembalap F1 Sebastien Vettel bisa sangat murah, jika bisa mengikutinya. "Tapi kalau dinilai nggak mampu, boleh pindah jurusan. Jika tetap nggak mampu di jurusan baru, ya diberhentikan. Di drop out," terang Keanon.
Kenapa Keanon akhirnya memilih jurusan mesin? Ikuti di artikel berikutnya. (bs)