mobilinanews (Sentul) – Setelah menjalani separuh musim balap European Touring Car Championship (ETCC), Nanang HB bisa bernafas lega. Pasalnya, telah berhasil melalui dengan mulus di kelas Rising Master.
Jika dikonversikan di poin, jumlah yang telah dikoleksi masih unggul meski tipis dari rival terberatnya Budiyanto. Jika pada sisa seri musim ini bisa dituntaskan finish ke-2 secara konsisten, titel juara umum kembali bakal direngkuhnya.
“Ya andai Budiyanto nomor satu terus sepanjang sisa seri, saya nomor dua terus, ya masih menang hitungan poin saya,” ujar Nanang HB.
Pembalap asal Surabaya ini mengakui, Budiyanto yang pembalap "lintas generasi" itu menjadi rival terberatnya.
Berbeda tahun lalu, lawan terberat adalah Gerhard Lukita dari ABM Motorsport. “Mobil Gerhard lebih kencang, demikian Budiyanto juga lebih kencang. Tapi nasib saya lebih baik hehe,” lanjutnya.
Perjuangan yang dilakukan bukan semata menunggu nasib baik. Ia terus berusaha improve menuntaskan setiap serinya.
Konsistensi juga menjadi kunci penting yang mengantarkan Nanang bisa meraih titel juara umum nantinya.
“Jadi, kebetulan tahun lalu nasib saya lebih baik, sehingga Gerhard kalah sama saya. Jika tahun ini nasib baik kembali memihak kepada saya, kemungkinan bisa menang lagi,” tambahnya seraya tersenyum.
Di atas kertas, mobil BMW E36 yang jadi senjata andalan Nanang HB, terdapat perbedaan spek dibanding mobil balap Budiyanto rival terberatnya.
Meski demikian, Nanang memiliki strategi lain agar bisa membuatnya tetap menjaga performa terbaiknya.
Kuncinya, pria kalem ini harus bermain aman di setiap seri. Main aman bukan berarti santai, tetapi harus menjaga mobil selalu dalam keadaan optimal.
Ini untuk mengamankan podium kedua yang menjadi syarat utama agar titel sang juara tidak lepas dari genggamannya.
Tentang cerita perjalanan balap arek Suroboyo, baca ulasannya di Mobilinanews Magazine edisi ISSOM Night Race & Mid Race 2019. (m yusuf)