mobilinanews

Reli Dulu dan Sekarang di Mata Jeffrey JP & Julian Johan

Jum'at, 17/05/2019 18:02 WIB
Reli Dulu dan Sekarang di Mata Jeffrey JP & Julian Johan
Reli dulu dan sekarang alami perkembangan yang dinamis, termasuk soal teknologi dan mobil harian pun bisa dipakai reli

mobilinanews (Jakarta)  – Ajang kejuaraan reli di Indonesia pada tahun 80 - 90an sudah berbeda dengan sekarang. Ini dapat dilihat dari banyak hal, seperti regulasi teknis atau dari sisi mobilitasnya.

Jeffrey JP,  mantan pereli dan navigator nasional era 80 dan 90-an  yang kini sebagai Sekretaris Jenderal IMI Pusat menceritakan mengenai reli yang pernah diikutinya lebih kurang 30 tahun lalu.

“Bisa dibilang berbeda karena berbagai faktor. Reli saat itu sangat ramai dan banyak peminat," tutur Jeffrey. 

Terkait perbedaan yang dirasakan, Jeffrey menambahkan, kalau dulu modelservice area berpindah-pindah dan cenderung total SS lebih jauh karena lokasi penyelenggaraan yang digunakan lebih luas.

"Misalnya 1 etape rutenya bisa dari Medan hingga Parapat dan sebaliknya," terangnya.

Sementara di era sekarang, ada perubahan yang mempertimbangkan banyak hal, seperti dari sisi efisiensi dan efektivitas, wisata, dan lain sebagainya.

“Saat ini, di kancah reli  menggunakan sistem cloverleaf. Jadi service area berpusat di satu titik. SS-nya yang memutari service area," lanjutnya. 

Tahun 90-an, World Rally Championship (WRC) juga sempat digelar di Indonesia, tepatnya di Sumatera Utara menandai sebagai puncak kejayaan reli Tanah Air. 

“Tentu saja saat itu merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi komunitas reli karena Indonesia bisa turut andil dalam menyelenggarakan event reli terbesar di dunia,” tambah Jeffrey.   

Sementara itu, Julian Johan, pereli muda putra sulung pereli senior Ismail Johan, memberikan pendapatnya mengenai  reli saat ini.

Pemuda akrab disapa Jeje mengungkapkan bahwa kancah reli terus berevolusi.

“Dulu mobil yang ikut semuanya terkesan seperti mobil mahal, tapi sekarang mobil normal yang beredar di pasaran juga sudah bisa ikut reli sehingga terasa lebih affordable untuk masyarakat," ungkap Jeje. 

Menurut Jeje, secara peraturan, reli juga terus berkembang demi menyesuaikan nilai-nilai kompetisi, faktor keamanan pereli, penonton, serta unsur hiburan.

Bahkan, demi membangkitkan kembali reli seperti 30 tahun yang lalu, muncul kelas baru yang lebih memudahkan peserta ikut reli.

“Saat ini ada kelas AP4 yang ada di region Asia Pasifik. Selain lebih ekonomis ketimbang ajang reli di Eropa, aturannya pun dibuat lebih cocok untuk para peserta yang tinggal di kawasan Asia Pasifik.”

Apalagi saat ini teknologi menjadi salah satu senjata paling ampuh kembali membangkitkan reli di Indonesia.

Jeje mendukung penuh Komisi Reli IMI Pusat yang dipimpin Rifat Sungkar membangkitkan reli seperti sedia kala.

“Rifat sangat berkompeten merangkul semua pihak agar reli bisa bergairah seperti dulu lagi, dengan mengombinasikan teknologi serta regulasi yang telah dirumuskannya," terang Jeje. 

Ia menilai jika usaha yang dilakukan Rifat dan Komisi Reli telah membuahkan hasil yang baik.

“Saat ini mulai terlihat kalau masyarakat umum  tertarik terhadap dunia reli. Semoga Rifat dan seluruh rekan-rekan yang tergabung di komunitas reli dapat mengembalikan kejayaan reli di Indonesia seperti 20-30 tahun lalu,” pungkas Jeje. (bs) 

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo