Regulasi Kejurnas Sport 250cc 2017 : Bukan Aturan Asia, Tapi Spesifikasi Murah Dan Adil Buat Semua

Jum'at, 13/01/2017 15:27 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Di awal tahun, sebelum mulai musim balap, rasanya cocok memikirkan regulasi teknis kejurnas balap motor. Salah satu yang paling menarik, peraturan lomba untuk kelas 250cc. Karena kelas ini lagi jadi trending topik, idola baru. Apalagi, seiring kedatangan tipe motor baru dan berkembangnya kelas sport 250cc di kejuaraan Asia Road Racing Championship (ARRC), perdebatan soal regulasi kejurnas sport 250cc kembali riuh dibahas.

Seperti kata Bambang Gunardi, sudah beberapa tahun terakhir kita jalankan kejurnas kelas sport seperempat liter. Selama itu, kita punya aturan yang dipatuhi. Dan, “Jika dibandingkan regulasi sport 250cc di ARRC, yaitu Asia Production 250 (AP250), aturan teknis kejurnas lebih terbuka. Bahkan bisa dibilang, spesifikasi mesin kelas sport 250cc kejurnas lebih tinggi dari kelas AP250,” papar Bambang yang bersama IndoSpeed Indonesia menggelar kejurnas Sport 250cc di event IndoSpeed Race Series.

Namun, kita sama-sama tau, prestasi joki Tanah Air di ARRC tak semengilap yang diharap. Padahal, motor yang diadu dipakai sama, produksi Asia. Bahkan beberapa diantaranya dibuat di Indonesia. So, kita lebih dulu kenal teknis motor yang diadu. Dan, pembalap serta mekanik kita biasa dengan regulasi spesifikasi mesin lebih tinggi.  

Artinya, keuntungan  riset para mekanik dan adaptasi pembalap Indonesia lebih dulu dari pembalap Asia lainnya tidak selamanya berhubungan dengan hasil. Karena hasil ditentukan banyak hal. Salah satu yang terpenting justru teknik pembalapnya.

Dari situ, mestinya regulasi kita lebih mengasah skil balap ketimbang berpacu pada spesifikasi mesin yang lebih tinggi. Jadi ingat obrolan dengan Anggono Iriawan saat ketemu di balapan Asia dan Kejurnas di Sentul. Manajer Astra Honda Racing Team ini sangat memperhatikan skil balap ketimbang urusan teknis di motor. “Saya tanya balik deh, apa dengan spek mesin di kejurnas  lebih tinggi membuat pembalap atau mekanik kita lebih baik ke jenjang lebih tinggi?” bilang Anggono.

Paham…, mobilina pun sepaham. Kejuaraan nasional adalah jenjang ke arena internasional. Jenjangnya dari skil pembalap. Bukan teknologi. So, alangkah hebatnya kita bisa melihat pembalap dan mekanik Indonesia mampu menyetel motor terbaik dengan kondisi standar!

Dengan pemikiran lain, sebagai kelas yang lagi jadi idola, tentunya kita tidak ingin kelas sport 250cc jadi layu sebelum berkembang. Karena, adu teknologi berarti adu duit. Adu duit akan membuat balapan mahal. Balapan mahal akan ditinggalkan tim dan sponsor.   Ujung-ujungnya, pembalap juga yang rugi.

Nah, dari paparan itu, tentu regulasi spesifikasi yang nantinya ditetapkan Pengurus Pusat Ikatan Motor Indonesia (PP IMI) harus yang mengarah ke balapan murah dan adil harus jadi pertimbangan. Bukan masalah mengarah ke Asia atau ke Kejurnas. Tapi, regulasi yang murah, adil, sehingga bisa diikuti oleh pabrikan dan tim, serta banyak pembalap. Yuk, dipikir bersama! (Aries Susanto)

TERKINI
GIIAS 2024: Dorongan Konsisten untuk Industri Kendaraan Bermotor Indonesia Bocor, Motor Listrik TVS iQube Terbaru Akan Rilis Dengan Harga Rp 50 Jutaan, Berikut Spesifikasi Lengkapnya! Riding Clan of Classy, Ekspresikan Anak Muda Pengguna Yamaha Fazzio Hybrid di Surakarta Tekiro Adakan Servis Gratis di Kampus ITS Surabaya, Incar Terpelajar