Selasa, 08/05/2018 21:03 WIB
mobilinanews (Cikarang) - Line up produk Wuling seperti Confero dan Cortez sudah menawarkan harga yang begitu kompetitif untuk kendaraan tipe MPV di Indonesia. Bahkan di bandingkan kompetitor segmen MPV brand Jepang, banderol untuk mobil Wuling Confero jauh dibawah Avanza, Ertiga, serta Mobilio.
Range harga Confero tipe terendah hingga paling tinggi berkisar Rp 128,8 juta - Rp 165,9 juta otr Jakarta. Lalu Wuling Cortez pun tak kalah kompetitif, dengan harga on the road Jakarta mulai dari Rp 218 juta sampai dengan Rp 264 juta.
Tak cukup, di IIMS 2018 beberapa waktu lalu Wuling meluncurkan varian Cortez bermesin 1.5 melengkapi tipe sebelumnya (mesin 1.8) dengan harga yang semakin menggiurkan mulai dari Rp 193,8 juta untuk tipe S dan Rp 203,8 juta untuk tipe C.
Dengan fitur yang seabrek, tak sedikit yang menyebutkan bahwa Wuling Cortez merupakan Innova dengan harga Avanza. Demikian istilah yang sering dilontarkan netizen untuk Cortez.
Hampir 100 Peserta Mengikuti Kompetisi Safety Riding Motor Honda Regional Jakarta-Tangerang, Ini Daftar Pemenangnya
IMI Pusat Menyurati Ketua IMI Nusa Tenggara Barat Terkait Pembatalan MXGP 2024 di Sumbawa dan Lombok, Ini Alasannya
Mendukung Pelari Perempuan Berprestasi, Mazda Jadi Official Vehicle Partner Women Half Marathon 2024 Jakarta
Dari range harga yang sudah dikategorikan cukup murah, ternyata harga mobil Wuling pun masih bisa ditekan. Syaratnya, pabrik Wuling di Cikarang sudah memproduksi mesin sendiri.
Arif Pramadana, Manufacturing Director SGMW (Wuling Motors) menjelaskan saat ini mesin masih diimport dari China. Jika nantinya mesin sudah diproduksi lokal, pihaknya tidak menampik kalau harga mobil Wuling bisa semakin kompetitif alias makin murah.
"Sekarang kita impor mesin, pastinya kan ada biaya masuk, handling cost dan lain-lain. Jika mesin udah produksi di sini ya tentu ada biaya-biaya yang bisa ditekan lagi," kata Arif di pabrik Wuling yang berlokasi di GIIC Cikarang, Selasa (8/5).
Arif menambahkan, alasan kenapa mesin masih didatangkan dari China dikarenakan efisiensi. "Tidak mudah untuk memproduksi mesin disini. Butuh investasi yang sangat besar. Jadi untuk saat ini, kita belum ada rencana kesitu karena masih fokus memenuhi demand pasar nasional," bebernya. (adri)