Jum'at, 18/05/2018 18:48 WIB
mobilinanews (Jakarta) – Eddy Horison, Race Director sekaligus Race Advisor pada Yamaha Sunday Race Cup seri 2 di Sentul International Circuit, Bogor, Minggu (6/5/2018) menghubungi redaksi mobilinanews terkait berita dengan judul Buntut Kasus Galang Hendra, Eddy Horison Dilarang Bertugas di Sentul.
“Thanks, sob. Saya anggap cukup netral beritanya. Sedikit klarifikasi, saya handle kok masalah Aldy adiknya Galang. Buktinya kami jatuhkan sanksi setelah hearing. Tetapi saya nggak tahu kalau Galang dkk tiba-tiba ke atas,” ungkap Eddy kepada mobilinanews.
Lalu, tokoh balap motor yang telah malang-melintang di ajang balap motor nasional dan internasional selama 25 tahun ini mencoba melakukan klarifikasi tambahan. Kemudian dia menunjukkan capture pembicaraanya dengan petugas koordinator pit lane Sentul.
Menurut petugas itu, setelah balapan selesai, pembalap masuk ke pit. Saat di pitlane seorang pembalap berbalik arah menuju pit o. Tower menginstruksikan untuk memanggil pembalap. Lalu pembalap naik ke tower didampingi oleh manajer dan ayahnya menuju tower lantai 4 menemui COC.
OnePrix 2023 Seri 4 : Alfi Husni Sukses Lakukan Simulasi Balap 35 Lap, Berharap Ulangi Sukses Seri 1
Oneprix 2023 Palangkaraya : Starting Grid Kelas OP1 Expert Diisi 29 Pembalap, 6 Pembalap Pengganti dan 3 Wildcard
Adopsi Sistem Penilaian WorldSBK, Ada Superpole di Kejurnas Balap Motor Oneprix 2023, Live On TVOne!
“Berarti bukan saya nggak mau menghandle masalah ini. Sesudah dari lantai 4, mereka ke lantai 2 dan langsung saya hearing. Saya dan Robby Yamaha sepakat memberikan sanksi peringatan, hukuman yang bersifat mendidik mengingat pembalap itu masih berusia 11 tahun,” terang Eddy.
Dia perlu membuat klarifikasi itu, karena ingin nama baiknya tidak rusak di depan anak-anaknya. “Hanya itu permintaan saya. Kalau sudah takdir pensiun ya akan saya jalani,” kata pemegang lisensi FIM untuk balap motor ini.
“Kalau saya murni hobi urus balap, gak suka politik. Mau fun gak mau ribet. Mohon kebijaksanaan dan pengertiannya ya sob. Dihukum boleh tapi jangan dipermalukan,” tutur Eddy yang setelah kejadian ini mengaku lebih banyak melakukan pelayanan dan aktif gereja di Pekanbaru, Riau, tempat tinggalnya saat ini. (budsan)