Jum'at, 31/08/2018 11:57 WIB
mobilinanews ( Jakarta) – “Terlalu banyak yang berkesan dari Pak BG,” buka Eddy Horison, race director balap motor, mantan Ketum IMI Riau serta mantan pengurus IMI Pusat kepada mobilinanews.
Eddy adalah salah satu murid kesayangan Bambang Gunardi, tokoh balap motor legendaris yang telah berpulang pada Kamis malam (30/8/2018) di RSPI Puri Indah, Jakarta Barat.
Di mata Eddy, almarhum selain guru, sahabat juga seperti orang tua sendiri.
“Pak BG itu pribadi yang mandiri, disiplin, cerdas serta kreatif. Tetap kerja untuk biayai berobat sendiri tanpa mau merepotkan anak-anaknya dan orang lain,” terang Eddy yang pertama kali kenal almarhum tahun 1996 di seminar balap motor di Padang.
OnePrix 2023 Seri 4 : Alfi Husni Sukses Lakukan Simulasi Balap 35 Lap, Berharap Ulangi Sukses Seri 1
Oneprix 2023 Palangkaraya : Starting Grid Kelas OP1 Expert Diisi 29 Pembalap, 6 Pembalap Pengganti dan 3 Wildcard
Adopsi Sistem Penilaian WorldSBK, Ada Superpole di Kejurnas Balap Motor Oneprix 2023, Live On TVOne!
Menurut Eddy, sumber penghasilan utama Pak BG yang diketahui ya dari dunia balap. “Yang lainnya saya kurang tahu,” lanjutnya.
Kemandirian yang lain ditunjukkan dengan pada usia tuanya, pilih hidup berdua dengan sang istri, Zaelinah Latif menempati sebuah rumah di Serpong, BSD, Tangerang dengan ditemani seorang pembantu yang tidak menginap.
Pada Lebaran 2012, mantan komisi balap motor FIM (Federasi Olahraga Motor Dunia) dari Indonesia itu kena Steven Johnson Syndrome (SJS) yang kemudian dirawat di RS Mayapada, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Nggak lama kemudian, sudah mulai cuci darah sampai akhir hayat. Menurut keterangan, itu karena efek obat SJS. Jadi sudah selama 6 tahun BG rutin melakukan cuci darah 2 kali dalam seminggu.
Hingga kemudian BG menghembuskan nafas terakhir Kamis malam kemarin, di usia 77 tahun.
“Ancaman Pak BG, itu sangat menyakitkan. Itu bentuk kedisplinan yang beliau ajarkan kepada kami,” ujar Eddy. Apa maksudnya? Ikuti penuturan Eddy Horison bagian dua. (budsan)