Memet Djumhana : Sebaiknya Regulasi Baru Diterapkan Untuk Kelas Tersendiri

Selasa, 12/02/2019 18:40 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Menanggapi pemberitaan yang berkembang terkait Toyota Team Indonesia (TTI) pada ajang balap mobil ISSOM 2019, Memet Djumhana selaku Direktur tim merasa perlu untuk memberikan penjelasan.

“Jadi, kalau TTI mempertimbangkan memilih balapan bukan di kelas ITCC 1600 Max, bukan karena terkait tim lain. Melainkan kami melihat regulasi yang baru tidak sesuai dengan image balapan kejurnas, yang mengandalkan kendaraan dipasarkan di sini,” buka Memet.

Salah satu alasan kuat mendorong TTI beralih kelas lain karena dibolehkannya penggunaan mesin dari luar yang tidak dipasarkan di Indonesia.

Menurut Memet, sebagai tim yang didukung pabrikan dan para sponsor lokal serta juga dipasarkan di Indonesia, menjadi kewajiban ikut mempromosikan produk tersebut.

“Kalau boleh menggunakan mesin dari luar, berarti tidak sesuai visi-misi kelas ITCC 1600 Max yang telah digelar selama 3 tahun ini. Kelas ini sudah bagus, terus berkembang pesertanya dan menjadi salah satu yang bergengsi di ISSOM,” urai tokoh senior motorsport Indonesia.

Dengan posisi tawar yang sudah bagus itu, Memet mengusulkan agar tidak perlu ada perubahan terkait regulasi. “Wong kelas ini lagi bagus, kok, malah dirubah lagi. Sebaiknya, tidak perlu sering-sering ada perubahan, apalagi dalam setahun sampai 2 kali,” lanjutnya.

Lalu bagaimana dengan nasib regulasi yang telah ditetapkan oleh IMI Pusat itu? Menurut Memet, regulasi tersebut ada baiknya tetap diberlakukan namun untuk kelas baru tersendiri.

“Misalnya, yang sekarang dengan ITCC 1600 Max A. Sedang yang regulasi baru yang membolehkan pemakaian mesin dari luar dan mengacu pada FIA dengan ITCC 1600 Max B,” tutur Memet.

Namun tidak perlu dibuat slot tersendiri, melainkan digabung startnya sehingga balapan ITCC semakin menarik dengan banyak peserta.

“Termasuk, silakan jika ada pembalap luar negeri yang ikutan. Hanya saja, penghitungan poinnya dipisahkan sesuai kelas tadi,” usulnya.    

Dengan dibuat kelas tersendiri, lanjutnya, akan memberi peluang munculnya pembalap dan para juara baru. Dan ini memberi kesempatan para pembalap bisa berkembang sesuai dengan penjejangannya, tidak serba instan.

Dengan begini, Memet justru optimis balapan ISSOM bakal lebih menarik dan semakin diminati oleh peserta serta komunitas balap di Tanah Air.

Dengan begitu, papar Memet, tidak menutup kemungkinan TTI  juga bisa ikutan di kelas baru tersebut. “Misalnya, Haridarma di ITCC 1600 Max A dan Demas Agil di ITCC 1600 Max B. Toh, secara skill kemampuan keduanya beda-beda tipis.”

Pada intinya, lanjut tokoh dengan reputasi yang sangat lama berkecimpung di ajang motorsport ini, janganlah terlalu kaku. Mesti luwes dan fleksibel dalam hal regulasi.

Dia mencontohkan di kejurnas Auto Gymkhana yang semakin menarik sebagai event motorsport dan  berkembang komunitasnya, karena regulasi dilahirkan dari masukan dan usulan komunitas. “Tidak tiba-tiba juga, by proses. Hasilnya, baru sekarang,” ungkap Memet.

Dengan dibuka banyak kelas, memungkinkan lahir para juara baru, baik dari pemula hingga kemudian kelas bebas F (bebas). Dan, itu membuat kebanggaan tersendiri bagi pembalap.

“Nah, itu akan bagus kalau bisa diterapkan di ISSOM,” pungkas Memet.

Gak jadi berpaling ke lain hati dong? (budi santen)

TERKINI
WRC 2024 Portugal: Toyota Gazoo Racing Mainkan Duet Sebastien Ogier dan Kalle Rovanpera, Hyundai Munculkan Sordo Belkote Dukung Penuh JDM Funday 2024 di Sirkuit Mandalika Lombok, Disambut Animo Tinggi Sportcar Jepang PEVS 2024: NETA Auto Indonesia Catat Prestasi Gemilang Cetak 108 SPK, Ini Fitur Unggulannya Wuling Cloud EV Raih Penghargaan The Most Tested Car di PEVS 2024, Segini Pesanan yang Diperoleh