Formula E Jakarta Potensi Bermasalah, Sukarman : Banyak Keanehan!

Minggu, 12/01/2020 15:15 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Di mata Sukarman Mustamin, jurnalis senior peliput motorsport, terdapat beberapa keanehan terkait perencanaan penyelenggaraan balap Formula E di kawasan Monas Jakarta pada 6 Juni mendatang.

"Di satu sisi Jakpro pihak yang ditunjuk Gubernur DKI sebagai penyelenggara Formula E mengajukan penyertaan modal sebesar Rp 305 miliar untuk menggelar event tersebut, tapi ada swasta yang tiba-tiba membeli saham 0,2 % Formula E Operation," ujar Sukarman.

Menurut mantan jurnalis tabloid Otomotif dan Pemimpin Redaksi Majalah MOTOR ini, keanehan itu ada dua hal. 

"Pertama, PT Jakpro sebagai BUMD itu kan orientasinya profit dong. Tapi ini ajukan dana penyelenggaraan sebesar Rp 305 miliar,  dan hanya mentargetkan pendapatan Rp 50 miliar dari tiket, hospitality dan sponsor," lanjutnya.

Di kalkulasi Sukarman, dari tiket dan lain lain terlalu optimististis (agak susah) untuk mendapatkan pemasukan hingga Rp. 50 miliar.

"Lalu bagaimana nanti mengembalikan modalnya? Itu uang rakyat loh," ungkap Sukarman.

Juga sangat naif jika disebutkan dari penyelenggaraan Formula E akan mampu menggerakkan nilai ekonomi hingga Rp 1,2 triliun seperti yang disebutkan Jakpro.

"Balap Formula E memang tengah berkembang. Tapi belum bisa disamakan dengan F1 maupun MotoGP,  terutama penggemar setianya. Masih butuh waktu. Dan, prediksi saya, bule juga belum akan banyak yang standing di Jakarta untuk Formula E, kecuali di negaranya," urai Sukarman.

Kenapa dia bilang pesimis karena untuk hak siar, sponsor international itu menjadi hak FE Operation, tidak bisa diganggu gugat.

Salah satu yang memungkinkan peluang meraih keuntungan ya jadi pemegang saham, untuk jangka waktu lama, minimal 5 tahun.

"Tapi yang jadi pertanyaan, kenapa pemilik sahamnya bukan Jakpro itu sendiri misalnya. PT Elang Cakra Arena ini siapa, yang tiba-tiba terdaftar sebagai pemilik saham 0,2 persen di FE Operation pada awal 2019?," ujar Sukarman penasaran.

Setelah coba dibrowsing ternyata perusahaan tersebut berkantor di gedung SCTV Senayan City, masuk dalam Emtek Group dengan notaris atas nama Chandra Lim.

Makanya, Sukarman melihat ada potensi bermasalah. "Saya nggak su'uzon, kalau  misalnya ada oknum Pemda yang diam diam ternyata pemilik sahamnya. Karena kalau untung secara personal, tapi Jakpro tetap aja merugi," ungkapnya.

"Setan mana yang mendorong orang ini berani tanam saham di FE Operation yang saya perkirakan sekitar Rp 30 an miliar, dan uang dari mana? Sementara dari namanya saja asing di telinga kalangan balap," lanjutnya.

Sukarman yang pernah menjelajah dengan liputan di berbagai gelaran F1 dan MotoGP, akan paham dan masuk akal jika yang membeli saham itu semisal Tinton Soeprapto, Chandra Alim atau Ricardo Gelael.

Maka disampaikan oleh dia banyak keanehan serta kejanggalan terkait penyelenggaraan Formula E Jakarta 2020.

Belum lagi didapatkan fakta terbaru ternyata total untuk penyelenggaran balap mobil listrik ini menyedot anggaran APBD DKI hingga Rp 1,6 triliun. (Jakarta Banjir, Anggaran Triliunan Rupiah Formula E DKI Dikritik,  Kompas.com, edisi 3 Januari 2020).

Anggaran fantastis tersebut lebih dari cukup untuk membangun sebuah sirkuit international permanen dengan grade 2 yang bisa untuk menggelar F1 atau MotoGP.

"Untuk membangun sirkuit international layak F1 dan MotoGP, tidak sampai menghabiskan Rp 1 triliun," ungkap H.Tinton Soeprapto, pemilik dan pengelola Sentul International Circuit.(bs)

TERKINI
GWM Indonesia dan Ideafest Selenggarakan Diskusi Inspiratif Bahas Transformasi Industri Melalui Pengalaman Baru Hyundai Staria Hybrid, MPV Mewah dengan Teknologi Hybrid Unggulan Daihatsu Kumpul Sahabat Yang Disupport GT Radial, Ajak Pelanggan Setia Berbagi Kebahagiaan di Harapan Indah Bekasi Dealer BYD Cibubur Sebagai Salah Satu Flagship Dealer di Indonesia, Dilengkapi Fasilitas Lengkap