Sabtu, 24/04/2021 13:30 WIB
mobilinanews (Jakarta) - DFSK Indoenesia terbilang baru di Indonesia. Tapi soal langkah ke depan, ia tampak lebih berani. Meluncurkan mobil listrik, apalagi di segmen komersial seperti Gelora E tentu bukan langkah populer, ditengah ketersediaan infrastruktur pengecasan baterai yang sangat terbatas.
Bukan hanya itu, banderolan dengan range Rp 510 juta hingga Rp 520 juta, misalnya untuk minibus menjadi tantangan tersendiri. Siapa yang mau membeli mobil komersial untuk angkutan dengan harga tinggi seperti itu.
Namun demikian DFSK tetap yakin, keberadaan mobil komersial listrik akan membawa dampak bagi percepatan kemajuan mobil listrik di Tanah Air. Selain itu, mereka akan menjadi pemain pertama dalam urusan mobil listrik komersial, yang menguntungkan secara brand awareness ke depan.
PR & Media Manager PT Sokonindo Automobile, Achmad Rofiqi mengakui bahwa mobil listrik memang masih baru di Indonesia. Belum sepopuler di negara lain seperti Cina yang sudah mulai beralih ke elektrifikasi 15 tahun lalu, apalagi harganya belum bersahabat. Namun demikian, Indonesia harus mulai bergerak mengkikutinya.
Kualitas dan Penjualan Ngejreng, GAC Aion Jadi Mobil Listrik Terbaik di Dunia
Tips Membeli Mobil Matic Bekas dengan Cerdas untuk Kebutuhan Mobilitas Sehari-hari
OnePrix 2024 Palopo : Andi Gilang Main di Home Race, Digadang Berjaya Di Tanah Kelahiran Bulukumba Sulawesi Selatan
"Nah kita harus mengikuti perkembangan zaman. Untuk itu, harus ada sinergi antara pemerintah, industri pendukung dan APM yang membawa mobil listrik agar tercipta ekositem baru di kendaraan listrik," katanya di Kemayoran, Jumat (23/4/2021).
Dengan dukungan semua stakeholder yang ada, urainya akan ada pertumbuhan penggunaan mobil listrik secara volume, sehingga memberikan ruang bagi produsen mobil listrik untuk memproduksinya di dalam negeri. Untuk ini, pemerintah melalui regulasinya, bisa mendukung mobil listrik dan membangun insfratruktur pengecasan baterai layaknya SPBU.
Dengan memproduksi mobil listrik dalam negeri, masyaraat bisa mendapatkan mobil listrik dengan harga yang terjangkau, dan lebih mudah menggunakannya karena stasiun pengecasan baterai ada di mana-mana.
Alasan DFSK menghadirkan Gelora E sendiri karena mobil ini sangat menguntungkan dari sisi cost operasional dan maintinancenya. Ini akan sangat efisien bagi pelaku bisnis angkutan
"Kita berpikir dari sisi bisnis, mobil listrik ini akan memberikan keuntungan dari sisi operasional cost dan maintinance cost, karena bisnis angkutan biasanya berhubungan dengan itu," ujarnya
Selain itu, secara rute dan jarak kemampuan jelajah Gelora E yang mencapai 300 Km dalam kondisi baterai penuh dapat diandalkan untuk beroperasi sehari penuh tanpa melakuakn pengecasan ulang.
"Secara range jarak, 300 Km saya kira cukup untuk suatu perusahaan logistik atau dilivery service kurir atau online store untuk mengantarkan barangnya di area tertetu cukup mumpuni. Jadi 300 km sangat cukup untuk satu hari," bebernya.
Selain itu, pengaturan rute layanan misalnya di Area Jakarta Utara dikhususkan untuk melayani daerah tersebut tanpa keluar dari areanya akan sangat memungkinkan mobil listrik tersebut tidak membutuhkan pengisian ulang baterai, karena masih sangat cukup untuk operasi sehari penuh.
Soal harganya sendiri yang berkisar Rp 510 juta hingga Rp 520 juta untuk minibus belum fix dan masih dalam perhitungan. Angkanya akan terkonfirmasi setelah mereka yang melakukan pre-booking saag pameran menerimanya pada bulan Agustus mendatang. Hal ini karena Gelora E fully di impor langsung dari Cina.
"Untuk harganya kita masih hitung menggunakan range. Jadi misalkan minibus di range Rp 510 juta - 520 juta. Jadi saat dia beli, harganya tidak akan lebih dari Rp 520 tidak aakn kuang dari Rp 510 juta. Itu patokan kita karena prose perhitungan masih berjalan," jelasnya.
Kabarnya dalam pameran, sudah ada kurang lebih 4 unit DFSK Gelora E yang dibeli. Hal ini menarik soal alasan dan untuk kebutuhan apa kostumer meminang mobil listrik komersial tersebut. (Elk)