F1 2021: Insiden Hamilton Vs Verstappen Part 2, Drama Yang Didramatisasi!

Senin, 13/09/2021 21:01 WIB

mobilinanews (Italia) - Drama yang didramatisasi. Begitulah 2 crash yang melibatkan 2 calon juara dunia F1 dalam 2 bulan terakhir. Tubrukan mereka sendiri sudah dramatis. Lantas didramatisasi untuk menggugah emosi dan simpati publik. Ke-2 pihak melakukannya.

Di Silverstone, Max Verstappen menyebut dirinya kemungkinan mati ditubruk Lewis Hamilton andai tak ada perangkat HALO pada mobilnya. Verstappen pun harus ke rumah sakit memeriksakan kondisi.

"Tapi, saat sama Lewis justru berselebrasi merayakan kemenangan. Ia tak punya hati," kata Verstappen saat itu, pernyataan yang turut memancing amarah penggemarnya.

Di Monza kemarin, Hamilton lakukan modus serupa. Ia bersyukur ada HALO yang menyelamatkan jiwanya. Jika tidak ia bisa mati dihajar roda belakang mobil Verstappen yang mendarat di kepalanya.

"Leher saya tertekan, sakit. Saya harus segera memeriksakan diri, lakukan terapi untuk memastikan tak ada masalah," kata Hamilton.

"Saat kejadian, sayang sekali Max sama sekali tak berusaha mengetahui apakah saya baik-baik saja atau tidak. Ia tak punya empati," imbuh Hamilton, seolah membalas pernyataan lawannya di Silverstone.

Ya, saat mobil keduanya terhenti di gravel Sirkuit Monza, Verstappen memangkeluar kokpit lebih dulu. Melihat sepintas kondisi kecelakaan dan langsung melengos pergi tanpa mengindahkan Hamilton yang masih berada di kokpit W12-nya. Tak ada basa-basi.

Jika di Silverstone kubu Hamilton bilang itu racing incident, sama juga dengan Verstappen menilai kasus Monza. Juga racing incident.

Apa pun ceritanya, penilaian sebagai racing incident adalah yang paling benar, terlepas siapa yang salah. Kecelakaan sebuah konsekuensi tak terelakkan dalam sebuah balapan.

Jelas bertaruh nyawa, karena sudah banyak contoh pembalap tewas saat balapan. Hamlton dan Verstappen jelas pahami itu sejak memilih karir sebagai pembalap.

Sayangnya kini kedua pihak bisa leluasa menyatakan perasaannya lewat media sosial, berhubungan langsung dengan para penggemar fanatiknya. Sadar atau tidak, melecut emosi fans sehingga memunculkan aksi masif yang tak produktif.

Sejak kasus Silverstone, misalnya, Hamilton diserang bukan semata karena rival Verstappen tapi juga diserang dari warna kulitnya. Bahkan ada fans yang gunakan emoji monyet untuk mengejek.

Pro dan kontra para penggemar saling sahut-menyahut lewat medsos. Dari satu sisi memang meramaikan kegermelapan F1, tapi di sisi lain justru merusak tatanan sosial kemasyarakatan. Terlebih dari pihak Hamilton yang gencar melibatkan diri dalam aktivitas HAM dan kesetaraan sosial.

Itu efek samping yang tak mudah dibendung. Karenanya fans sejati F1 hanya bisa berharap kedua pembalap teruslah bersaing dan berjibaku di lintasan, karena itulah yang ingin ditonton.

Jika dianggap racing incident maka tak tertutup kemungkinan akan terjadi lagi pada race berikutnya. Seperti kata Verstappen, itu hal normal dalam balapan.

"Saya dan Lewis sama-sama profesional. Kami bisa dengan cepat melupakan kejadian ini," tandasnya.

Harusnya memang demikian. Fans sudah pasti terbelah dalam dua kubu, tapi kita tak berharap mereka terpancing dan terseret pada komentar yang tidak relevan dengan balapan, khususnya terkait dengan masalah SARA.

Tapi, itu tadi, siapa yang bisa membendung kenyataan di medsos itu? Yang ada cuma prihatin.

Satu lagi, semoga gelar 2021 apakah untuk Hamilton atau Verstappen ditentukan lewat duel di lintasan. Bukan lewat penalti demi penalti yang dilayangkan FIA (rnp)

 

 

 

 

 

 

 

 

TERKINI
PEVS 2024: NETA Auto Indonesia Catat Prestasi Gemilang dengan Penjualan 108 SPK, Ini Keunggulan yang Ditawarkan Wuling Cloud EV Raih Penghargaan The Most Tested Car di PEVS 2024, Segini Pesanan yang Diperoleh WahanaArtha Ritelindo Rayakan Hardiknas dengan Program dan Promo Spesial GIIAS 2024: Dorongan Konsisten untuk Industri Kendaraan Bermotor Indonesia