F1 2021: Barter Posisi Saat Balapan, Lagi-Lagi Red Bull Honda Merasa Dirugikan Direktur Balap FIA

Senin, 06/12/2021 21:10 WIB

mobilinanews (Arab Saudi) - Balap F1 kali pertama di bumi Arab Saudi, Minggu (5/12), bukan hanya seru, dramatis dan menghibur penonton. Tetapi juga penuh kontroversi. Pelaku kontroversi adalah Michael Masi selaku FIA Race Director yang minim pengalaman.

Masi selaku penguasa resmi untuk menerapkan regulasi dinilai kacau terutama oleh tim Red Bull Honda. Pria Australia itu yang baru tiga tahun jadi direktur balap F1 daianggap berlebihan mengatur regulasi dan berkali-kali cenderung merugikan Max Verstappen di kejuaraan dunia ketimbang rivalnya, Lewis Hamilton.

Kekacauan kebijakan itu berlangsung berturut di sesi kualifkasi dan race GP Arab Saudi. Dua kasus melibatkan Hamailton di kualifikasi sempat diinvestigasi stewards di bawah koordinasi Masi. Masing-masing saat Hamilton menghalangi racing line ketika Nikita Mazepin (Haas) lakukan hot lap untuk ukir waktu. Yang kedua adalah Hamilton dinilai abaikan bendera kuning.

Hasilnya, Hamilton lolos dari hukuman kedua kasus itu. Alasan Masi, Hamilton memang salah saat melambat usai lakukan hot lap. Tapi, kata Masi, ia tak bisa sepenuhnya dipersalahkan karena situasi Sirkuit Jeddah yang banyak tikungan buta sehingga pembalap tak mungkin mengontrol situasi di belakangnya hanya dengan kaca spion.

"Mereka harus dibantu komunikasi oleh tim. Dalam hal ini tim Mercedes abai mengarahkan pembalapnya," kata Masi, yang kemudian menghukum Mercedes dengan denda 25.000 euro, padahal saat Verstappen hanya menyentuh mobil Hamilton di perc ferme GP Brasil didenda dengan 50.000 Euro meski tak ada keselamatan pembalap lain yang dipertaruhkan.

Soal bendera kuning, Masi berdalih itu kesalahan pihak marshall. Sinyal bendera kuning itu menyala dengan ketidaksengajaan, berlangsung kurang daari 1 detik dan tak ada bukti sinyal kuning juga menyala di panel kokpit mobil Hamilton. Padahal, di GP Qatar sebelumnya, Verstappen dikenai grid penalty 5 posisi untuk kesalahan yang sama.

Untuk dua kasus itu, Penasehat Senior Red Bull Helmut Marko mengaku sudah ajukan banding kepada FIA dan belum ada perkembangan sejauh ini.

Yang lebih kocak di mata Red Bull adalah kejadian saat race. Ketika restart pertama, Verstappen - Hamilton- Esteban Ocon (Alpine) berebut masuk tikungan pertama. Verstappen sukses menyalip rivalnya dari sisi luar lintasan. Pembalap Red Bull ini langsung terdepan diikuti Ocon dan Hamilton. Tapi, hanya sekejap karena di belakang mereka terjadi chaos dengan insiden beberapa mobil sehingga redflags berlaku lagi.

Semua mobil masuk pitlane dengan RB16B milik Verstappen terdepan. Namun, saat itu terjadilah dialog Masi dengan Direktur Sport Red Bull Jonathan Wheatley lewat radio yang didengar banyak orang. Intinya, Masi menyebut Verstappen mendapat keuntungan ilegal saat menyalip selepas restart. Karena itu Verstappen harus kembalikan posisinya kepada Hamilton. Jika tidak maka anak Red Bull itu disrrahkan ke stewards untuk diberikan penalti.

Itulah sebabnya saat restart ke-2, Verstappen berada di urutan 3 di belakang Ocon dan Hamilton.

"Itu seperti sebuah barter di pasar. Hari ini F1 merindukan Charlie Whiting," komentar Team Principal Red Bull Honda Christian Horner.

Whiting yang disebut adalah FIA Race Director sebelum Masi yang menjabat dari 1997 hingga kematiannya yang mendadak (penyakit paru kronis) di GP Australia 2019. Namun, di satu sisi Horner memaklumi pengalaman Masi yang terbilang minim di F1.

Barter posisi itu juga ditanggapi bos Alpine Marcin Budkowski yang diuntungkan karena pembalapnya, Ocon, mendadak jadi pole sitter di restart kedua. Satu hal yang menurutnya baru terjadi di F1.

"Ada diskusi nyata antara Michael dengan Jonathan, seperti tawar menawar dalam perdagangan di pasar lokal, antara ganti posisi dengan penalti," kata Budkoswki seperti dilansir dari motorsport.

Kalaupun itu harus dilakukan, katanya, lebih elegan jika dilakukan saat balapan dan memilih dimana dilakukan pergantian posisi. Jika tak dilakukan barulah diberi penalti. Tak harus lewat tawar menawar dan berlangsung saat redflags.

Kali kedua pergantian posisi terjadi saat race. Verstappen lagi-lagi diangap salah saat menyalip di restart kedua. Ia harus membiarkan Hamilton menyalipnya jika tak ingin dipenalti. Saat Verstappen melambat itulah terjadi crash, kala Hamilton hendak menyalipnya. Hamilton yang tak tahu Verstappen harus melambat, menuduh lawannya memainkan taktik gila dengan sengaja mengerem mendadak. Untuk hal iniVerstappen kemudian dihukum 10 detik.

"Buat dia tak masalah jika kami berdua gagal finish karena unggul 8 poin," kata Hamilton yang keudian juara dan menyamakan jumlah poin ke seri terakhir.

Dan, dari kubu Mercedes tentu saja pendapatnya berbeda. Dikutip  dari laman racingnews365, Team Principal Toto Wolff mengaku soal barter itu juga sesuatu hal baru bagi mereka. 

"Saya pikir Michael Masi sudah jalankan tugasnya secara penuh dalam situasi balap yang banyak kecelakaan dengan puing berserakan. Tapi, dari luar kita semua bisa belajar dari situ," ucap Wolff diplomatis.

Kasus ini menarik jika dihubungkan dengan komentar dua tokoh seputar rivalitas Verstappen dan Hamilton. Martin Brundle bilang kalau tahun ini Verstappen gagal jadi juara dunia maka itu hanya karena faktor sial semata. Sementara Fernando Alonso mengatakan dari dulu FIA memang lebih menguntungkan pembalap Inggris dibandingkan negara lain. (rnp)

 

 

 

 

TERKINI
Sukses Gelar Porsche Sprint Challenge Indonesia, Bagoes Hermanto Terima Penghargaan Porsche Motorsport Night of Champions Suzuki Address 125 2024: Skutik Matic Modern Bernuansa Klasik Yang Tampil Elegan Sambangi Tempat Bersejarah, Wahana Makmur Sejati Ajak Media City Touring Pakai Honda Stylo GT Radial Dukung Daihatsu Kumpul Sahabat Bekasi di Harapan Indah Bekasi Esok