Bamsoet Dorong Produsen Otomotif Internasional Produksi Kendaraan Listrik di Indonesia

Jum'at, 15/07/2022 00:48 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Ketua MPR RI sekaligus Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat Bambang "Bamsoet" Soesatyo mengajak para produsen otomotif seperti Morris Garage (MG) untuk segera terjun ke pasar kendaraan listrik dengan memproduksi kendaraan listrik di Indonesia.

Sebagai dukungan terhadap Perpres Nomor 55 Tahun 2019 yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBL-BB) untuk Transportasi Jalan.

Sekaligus membantu merealisasikan target pemerintah agar pada 2030 nanti, Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri 600 ribu unit mobil listrik serta 2,45 juta unit motor listrik.

"Sebagai konsumen dan pecinta otomotif, saya mengapresiasi kendaraan berbahan bakar minyak yang diproduksi Morris Garage. Dari desain eksterior dan interior, maupun dari segi mesin dan teknis lainnya, tidak kalah hebat dibandingkan pabrikan otomotif lainnya," ujar Bamsoet saat menerima order perdana 2 unit mobil MG GT5 warna hitam dan kuning di dealer Morris Garage, di Jakarta, Rabu (13/7/2022).

Namun, lanjut Bamsoet, jauh lebih bagus lagi jika MG bisa segera mengembangkan kendaraan listrik dan membuka pabrik produksinya di Indonesia.

"Selain memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, pemerintah melalui UU Cipta Kerja juga telah memberikan banyak kemudahan kepada para investor untuk membangun pabrik di Indonesia," terang Bamsoet.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat besar.

Terlihat dalam grand strategi energi nasional yang disusun Kementerian ESDM, diproyeksikan pada tahun 2030 nanti jumlah kendaraan listrik di Indonesia sudah menembus 2,2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.

"Sebagai catatan, hingga Maret 2022, Kementerian Perhubungan mencatat sudah ada 16.060 unit kendaraan listrik yang digunakan di Indonesia. Menunjukan betapa besarnya minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. Karenanya, para produsen otomotif harus segera mempersiapkan diri, khususnya dengan membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia, sehingga biaya produksi bisa lebih murah dan bisa dengan mudah menjual ke pasar Indonesia," jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini memaparkan, dari hasil kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang kini sudah melebur ke dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN, dengan beralih ke kendaraan listrik, Indonesia bisa menurunkan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 51 juta barel (8,8 juta kiloliter) pada tahun 2030 dan sebesar 373 juta barel (setara dengan 64 juta kiloliter) pada tahun 2050. 

"Dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp 15.000 per USD, maka potensi penghematan devisa dari penurunan impor bensin bisa mencapai 5,86 miliar USD (sekitar 87,86 triliun rupiah) pada tahun 2030 dan meningkat menjadi 82,20 miliar USD (sekitar 1.232,93 triliun rupiah) pada tahun 2050," pungkas Bamsoet. (bs)

TERKINI
Wuling Resmi Buka Pemesanan Cloud EV di PEVS 2024, Harga Pre-book Rp410 Juta FIF Terima Fasilitas Pinjaman Berkelanjutan Senilai 60 Juta Dolar GWM dan Spirit Global di Ajang Beijing International Automotive Exhibition PT BYD Motor Indonesia Tanda Tangani Kerja Sama Pembelian Lahan dengan PT Suryacipta Swadaya untuk Pengembangan Industri EV BYD