Cal Crutchlow : Kuda Hitam MotoGP Yang Membalap Pakai Insting Seperti Titisan Simoncelli

Rabu, 26/10/2016 09:51 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Melihat rekam jejak Cal Crutchlow, mengingatkan kita pada almarhum Marco Simoncelli. Tapi, garis tangannya mungkin cuma sebagai ghost rider, pembalap bayangan. Skilnya layak masuk tim pabrikan, namun kurang menjual untuk sponsor.

Nasib itu tak lepas dari asal-usul Crutchlow. Joki Inggris ini sebenarnya bukan bibit yang asli tumbuh di lintasan balap motor prototipe. Kelahiran 29 Oktober 1985 itu memulai karier dari arena balap motor produksi massal. Ia mulai tenar di Inggris, ketika keluar sebagai juara ajang British Supersport (BSS) pada 2006.

Setelah 2 tahun asah ilmu di superbike Inggris, British Superbike (BSB), pada 2009, Crutchlow dipromosi ke World Supersport (WSS). Itu tahun gemilang Crutchlow. Ia juara dunia WSS bersama Yamaha. Ini lokomotifnya ke kelas puncak balap produksi massal, World Superbike (WSB). Anak kampung Coventry-Inggris itu direkrut tim Sterilgarda pada 2010.

Finish ke-5 di klasemen akhir musim WSB 2010 dengan 3 podium cukup mengangkat Crutchlow ke puncak karier di arena adu kebut. Ya, 2011 doi ditawari gabung ke tim satelit MotoGP Yamaha Tech3.

Crutchlow langsung jadi pendatang baru terbaik di tahun pertamanya bersama tim milik Herve Poncharal itu. Namun, ia selalu jadi bayang-bayang di Yamaha. Saat itu, tim pabrikan Yamaha Movistar lagi fokus pada Jorge Lorenzo, untuk melawan Casey Stoner yang kibarkan panji Repsol Honda dan Rossi yang menunggangi Ducati.

Sejak itu, sebagai `joki bayangan`, ia selalu jadi kuda hitam. Tiga tim beda merk dalam 6 musim, matangkan Crutchlow. Malah, sempat cicipi jadi rider pabrikan Ducati. Tapi, cuma semusim, pada 2014. Insting balapnya gak klop di GP14. Gaya nekad dengan kalkulasi logikanya nggak cocok di Desmosedici. Crutchlow pun terpuruk di Tim Merah.

“Itu adalah tahun terberatku. Tenaga Ducati begitu sempurna Tapi, tidak ada yang bisa mengendalikannya,” cerita Crutchlow.

Rupanya itu kesusahan yang bawa berkah. Terbuang dari Ducati, Crutchlow `dipungut` tim satelit Honda LCR. Gaya balapnya yang pakai insting dengan perhitungan dari pengalaman di balap motor produksi massal, pas dengan sifat RC213V. Crutchlow bagai mengisi tempat yang ditinggalkan Marco Simoncelli di tim Lucio Checcinello itu.

Teringat saat ia jungkir-balikkan kepercayaan MotoGP mania para joki pabrikan. Ketika Marc Marquez, Valentino Rossi, Jorge Lorenzo dan Andrea Dovizioso pada ketakutan di GP Ceko, Brno, yang didera masalah ban, Cruchlow muncul jadi bintang. Tak cuma instingnya untuk pakai ban kompon keras saat balapan di kondisi adem. Tapi juga nyalinya, terus gas pol meski kompon ban depan RC213V-nya sudah terkelupas.

“Dia mungkin tidak seflamboyan Marco (Simoncelli, red), namun caranya membawa motor dengan instingnya, mirip sekali dengan Marco. Ia memberi warna berbeda di tim ini,” bangga Checcinello.

Ya, beda bengalnya Mafioso Italiano, dengan nakalnya gentleman Inggris. (Aries Susanto)

TERKINI
PEVS 2024: NETA Auto Indonesia Catat Prestasi Gemilang dengan Penjualan 108 SPK, Ini Keunggulan yang Ditawarkan Wuling Cloud EV Raih Penghargaan The Most Tested Car di PEVS 2024, Segini Pesanan yang Diperoleh WahanaArtha Ritelindo Rayakan Hardiknas dengan Program dan Promo Spesial GIIAS 2024: Dorongan Konsisten untuk Industri Kendaraan Bermotor Indonesia