mobilinanews (Inggris) - No races, no money. Sudah 8 seri balap F1 2020 tak bisa digelar gegara Corona yang kurang ajar.
Semua tim tak dapat pemasukan dari sponsor dan hak siar televisi. Tapi, gaji karyawan toh tetap harus dibayar. Pusing!
Penasehat senior tim Red Bull Helmut Marko sebut rata-rata tim alami kerugian finansial sekitar 20 juta USD dari setiap seri yang gagal dilombakan.
Dikalikan 8 maka setidaknya setiap tim sudah menanggung beban rugi sekitar 180 juta USD atau sekitar Rp 2,7 triliun.
Seri berikutnya F1 juga masih terancam batal sepanjang si Corona masih tetap kurang asem. Potensi rugi semakin tinggi.
Wajar kalau McLaren kemudian merumahkan sejumlah stafnya hingga kondisi normal nantinya.
Saat sama tim ini menggunakan paket bantuan pemerintah Inggris yang menalangi 80% gaji para pekerja kasarnya. Gaji pembalapnya, Carlos Sainj Jr dan Lando Norris juga dipotong.
Sudah sepekan kebijakan McLaren itu diambil dan sejauh itu belum ada pengumuman kebijakan sama yang diambil tim lain.
Baru hari ini muncul kabar dengan topik serupa dari tim elit Mercedes dan Ferrari. The Daily Mail dan planetf1 melaporkan kedua tim itu tak memtong hak pembalapnya.
Tapi, justru pembalapnya yang berinisiatif untuk dipotong gaji guna meringankan benban keuangan tim. Lewis Hamilton, katanya, sudah bersedia potong gaji.
Sedangkan rekan setimnya di Mercedes, Valtteri Bottas, belum ada konfirmasi. Hamilton diperkirakan dapat bayaran 40 juta poundsterling per tahun.
Di kubu Ferrari, Vettel dengan bayaran 35 juta poundsterling dan Charles Leclerc dengan nilai 8 juta poundsterling per musim, dikabarkan juga sudah menawarkan diri sebagian hak mereka dipotong demi tim.
Belum ada angka berapa persen yang mereka sisihkan untuk bantuan tersebut.
"Semuanya masih dalam tahap diskusi awal," tulis The Daily Mail. (rnp)