mobilinanews (Jakarta) - Semangat pemerintah menghadirkan kendaraan listrik terus digaungkan. Namun, sejalan dengan keinginan tersebut, masih ada beberapa hal yang mengganjal.
Sebagai salah satu faktor yang mendukung kendaraan listrik, baterai dinilai masih belum ada kajian yang lengkap mengenai hal tersebut.
Dalam diskusi virtual bersama Forum Wartawan Otomotif (26/11/2020), Dr. Ir. Riyanto, Msi, sebagai Peneliti Senior Universitas Indonesia, menjelaskan saat ini pengujian siklus baterai belum ada yang ideal di Indonesia.
"Kalau dengan perkembangan baterai yang saat ini, memang simulasinya belum ideal. Misalnya, pengujian itu siklusnya lebih rumit karena ada yang kadang kondisi pendingin AC di nonaktifkan," ungkap Riyanto.
Dengan begitu, maka tidak bisa dijadikan patokan. Karena balik lagi, tergantung pada kebiasaan dan pola pengemudi itu sendiri.
"Kalau berdasarkan hal tersebut, saya melihat belum ada kajian yang spesifik," tambah Riyanto.
Namun dari sisi penghasil emisi, sudah sangat jelas jika dibandingkan dengan mesin konvensional, maka penghasil CO2 jauh lebih ringan mesin hybrid.
"Kalau di Indonesia, mesin hybrid masih ideal dari tingkat penghasil emisinya. Hal ini dikarenakan CO2 lebih bersih sehingga bisa ditekan," terang Riyanto.
Mengenai ketersediaan mobil hybrid di Indonesia sendiri banyak produsen otomotif sudah merilis model tersebut, seperti Toyota, Nissan dan Mitsubishi. (hf)