mobilinanews (Jakarta) - Perkembangan dunia otomotif mengarah pada mobil listrik. Hal ini, membuat sebagian besar merek otomotif berlomba-lomba membangun mobil listriknya. Meskipun demikian, ketersediaan infrastruktur pengecasan listrik yang membutuhkan investasi pada jaringan listrik menjadi masalah ikutan.
Amerika misalnya. Meskipun terus menerus melakukan percepatan inovasi mobil listrik, namun ketersediaan listrik sebanrnya belum mumpuni. Pertanyaannya, apakah jaringan listrik Amerika siap untuk menghadapi peningkatan permintaan atau tidak?
Carscoops, Rabu (10/3) melaporkan krisis energi listrik, baru-baru ini terjadi di Texas. Alih-alih melayani mobil listrik, pemadaman listrik bergilir telah terjadi di beberapa negara bagian California yang tengah intensif mengembangkan electric vihicle (EV).
Berdasarkan catatan sebuah perusahaan utilitas, dengan dua hingga tiga juta pelanggan mobili listri diperlukan investasi antara USD 1.700 hingga dan USD 5.800 dalam peningkatan jaringan listrik per EV hingga tahun 2030.
Ribuan dolar ini bukan investasi receh bila diakumulasikan karena dengan adanya 40 juta kendaraan listrik, investasi yang dibutuhkan bisa melebihi USD 200 miliar. Perhitungan ini jauh dibandignkan dengan investasi USD 2,6 miliar yang telah disetujui oleh perusahaan stakeholder yang berkaitan dengan EV.
Untuk itu, perusahaan utilitas sedang berjuang untuk memenuhi permintaan kebutuhan pasokan listrik saat ini. Tambahan ratusan ribu kendaraan listrik akan menjadi problem baru, terutama saat cuaca panas di luar dan semua orang menjalankan unit AC rumah dan mengisi ulang kendaraan listrik mereka setelah menggunakannya.
Mengingat hal itu, tidak mengherankan National Renewable Energy Laboratory memperkirakan kapasitas pembangkit listrik di Amerika akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050. Apesnya, biaya untuk melakukan pengembangan jaringan listrik dapat dibebankan kepada konsumen.(Elk)