mobilinanews (Italia) - Belajar tak selalu harus dari senior. Ada kalanya dari yunior. Itu yang dilakukan Jack Miller di GP AS, Sirkuit Austin, lalu. Sudah 7 tahun di MotoGP, ia akui harus belajar lagi dari gaya balap Enea Bastianini di atas Ducati Desmosedici.
Miller memimpin balapan GP AS dari lap pembuka hingga lap ke-15 dari 20 lap durasi balapan.
Pembalap pabrikan Ducati dengan spek motor pabrikan 2022 itu disalip pembalap Gresini Ducati Enea Bastianini di lap ke-15 yang turun dengan Desmosedici GP21 alias motor lawas.
Sepanjang 4 lap di belakang Bastianini, Miller tak punya speed mengejar gelar juara akibat kehabisan grip ban belakang. Ia hanya bisa mengamati riding style Bastianini di atas Ducati.
Mencermati posisi badan dan kepalanya saat menikung, melihat titik dan cara pengeremannya, dan terutama cara Bastianini menggunakan roda depan untuk berbelok sehingga ban belakangnya tetap awet hingga akhir balapan.
Mungkin karena fokus untuk `belajar` itulah akhirnya Miller pun disalip Alex Rins (Suzuki) pada lap terakhir dan akhirnya harus puas finish podium ketiga.
"Saya ingin berkendara seperti gayanya, terlebih dalam merawat ban. Tapi, sudah 7 tahun saya usahakan tak berhasil. Untuk alasan tertentu ia tak banyak gunakan roda belakang saat berbelok, suatu hal yang sulit saya lakukan karena selama ini lebih banyak gunakan ban belakang (sampai melintir-mlintir di mulut tikungan). Untuk manajemen ban, ia sangat baik dan saya kira itu kelebihannya dibandingkan pembalap Ducati lainnya," ucap Miller.
Bastianini, lanjut Miller, juga punya gaya khusus yang tak dimiliki pembalap lain. Juara dunia Moto2 2020 itu punya posisi duduk sangat sentral di atas motor dengan posisi kepala miring.
Ia bisa membiarkan motornya bergerak di bawah dan duduk tenang di atasnya. Itu salah satu faktor mengapa top speed-nya lebih bagus dibandingkan pembesut Desmosedici GP21 lainnya.
"Tentu saja postur tubuhnya yang lebih kecil sangat membantu. Beban ekstra 10 kg jelas berpengaruh," tambah Miller yang sangat ingin meniru riding style pembalap tim Gresini itu.
Dengan gaya itu Bastianini sudah meraih 2 kemenangan dari 4 race di awal musim 2022 dan memimpin klasemen sementara.
Selain gaya balap yang disebut Miller, tentu juga tak bisa mengesampingkan karakter GP21 yang tahun lalu membawa 4 kemenangan bagi Francesco Bagnaia dalam 6 seri terakhir musim 2021.
Karakter GP21 dan gaya balap Bastianini adalah kombinasi yang membawa sukses sementara ini. Sukses mengalahkan dua pembalap pabrikan Ducati dan dua joki tim satelit Pramac Ducati yang semuanya menggeber GP22.
Sukses itu sekaligus mengancam masa depan Miller di tim pabrikan Ducati seperti isu yang kencang beredar sejak tahun lalu.
Selain Jorge Martin (Pramac Ducati) yang terang-terangan membidik kursi di tim pabrikan pada musim 2023, kini Bastianini pun semakin nyata memberikan ancaman.
Ia kini digadang-gadang sebagai salah satu kandidat berebut titel kejuaraan tahun ini. Saat sama peluangnya menggantikan Miller di tim pabrikan tahun depan juga terbuka sangat lebar.
Seperti diketahui, kontrak Miller habis di akhir musim 2022, sementara kursi satu lagi milik Bagnaia sudah diperpanjang hingga 2024.
Miller paham soal itu dan mengaku tak terlalu pusing dan peduli. Yang harus ia lakukan adalah fokus pada dirinya sendiri dan berlomba sebaik mungkin. Ia pasrah jika nantinya kalah bersaing.
"Saya tak peduli jika harus balik ke tim satelit Pramac. Motor mereka dengan tim pabrikan nyaris sama saja. Yang penting bagi saya adalah tetap punya pekerjaan tahun depan dan masih berada di MotoGP," sebutnya entah serius atau becanda karena ia memang suka bergurau. (rnp)