mobilinanews (Jepang) - Saat juara di GP Jepang, Max Verstappen berpikir saat itu gagal jadi juara dunia dan harus menunggu kesempatan berikutnya di GP AS. Ia pun bingung seperti halnya penonton.
Target pembalap Red Bull ini adalah menang dan cetak fastest lap untuk kunci gelar di Suzuka. Ia memang dominan saat race dengan keunggulan 20-an detik di lap terakhir. Tapi, ia gagal cetak fastest karena status itu justru lari ke pembalap tim Alfa Romeo, Guanyu Zhou.
"Saat menyentuh garis finish, saya senang karena meraih kemenangan lagi. Tapi, bukan juara dunia, karena sadar jumlah poin belum cukup (karena Leclerc finish P2). Saya sudah pikir perjuangan harus berlanjut ke GP AS," cerita Verstappen yang belakangan baru tahu Leclerc kena penalti dan turun ke P3.
Selain itu, kisahnya, sepanjang balapan pun ia bertanya-tanya apakah stewards akan membagikan poin penuh atau tidak karena durasi lomba berkurang dari seharusnya akibat hujan.
Ia tahu jika distribusi poin hanya separoh maka gelar dunianya harus tertunda karena belum cukup poin mengunci gelar di GP Jepang.
"Saat diinterview usai balapan, saya belum yakin saat diberitahu jadi juara dunia. Sebelumnya saat seorang anggota tim berselebrasi saya malah bingung apa yang terjadi. Juga masih bingung saat tahu Sergio (Perez) naik ke P2 karena penalti Charles (Leclerc). Saya masih bertanya-tanya berapa poin yang kami dapat: setengah, 3/4 atau penuh," kata Verstappen terheran-heran.
"Ketika Tom (Tom Wood, FIA media delegate) mengatakan saya juara dunia, baru saya ingin bereaksi tapi saat sama ada yang mengatakan belum jadi juara dunia karena selisih poin belum cukup. Sungguh saya bingung saat itu. Sampai akhirnya muncul kepastian poin penuh dan saya juara dunia. Itu sebuah kebingungan yang berakhir manis," senyum pembalap asal Belanda itu.
Dari situasi itulah, Verstappen dan timnya merasa perlu bagi FIA untuk meninjau ulang regulasi soal durasi lomba agar lebih saklek sehingga tak harus menunggu sidang stewards.
"Ketika Anda menuliskan peraturan yang tak mencukupi, itu tak bagus. Ketika Anda membuat terlalu banyak peraturan, itu juga tak bagus," tandasnya. (rnp)