Selasa, 03/04/2018 20:08 WIB
mobilinanews (Jakarta) – Menanggapi tentang mosi tidak percaya yang membuat Rabindra Soeparto mundur sebagai COC (Clerk of The Course) yang tugasnya setara dengan pimpinan lomba di ajang gokart, hampir semua nara sumber yang berasal komunitas memilih bungkam ketika diminta konfirmasi.
“Wah, saya no comment sob. Semua teman,” ujar Toto Satianto, tokoh senior gokart dan ofisial dari tim ASR Racing.
Namun salah satu manajer tim ternama mencoba meluruskan apa yang terjadi terkait dengan mosi tidak percaya yang ditujukan kepada Rabindra selaku COC.
“Yang benar, mosi tidak percaya itu kami kirimkan kepada promotor nasional (pronas) dengan tembusan ke IMI. Jadi bukan langsung ke Pak Rabindra atau ke IMI,” ujar figur yang wanti-wanti dan meminta agar tidak disebutkan namanya.
Jelang Putaran 5 Eshark Rok Cup 2022 : Penghitungan Poin 150 Persen, Suhu Persaingan Antar Pegokart Kian Panas!
Kaleidoskop (11 Maret) 2021 : Mosi Tidak Percaya 27 Klub dan Minta Musprov IMI Kalsel Dipercepat!
Korwil IMI Payakumbuh Klarifikasi Berita Respon Mosi Tak Percaya, Tim Verifikasi IMI Sumbar Kunjungi Klub Daerah!
Disebutkan, mosi tidak percaya itu juga sudah dilakukan secara prosedur. Karena sebelum mengajukan terlebih dahulu ketemu dengan pronas menyampaikan keluhan dari komunitas dan oleh pronas disarankan dibuatkan surat resmi saja.
“Jadi tidak tiba-tiba. Sudah melalui beberapa tahapan. Dan ingin kami sampaikan, di sini yang tanda tangan adalah seluruh perwakilan komunitas yang aktif di gokart. Kalau ada satu tim seperti TKM Racing yang tidak tanda tangan, karena TKM sendiri baru saja mengajukan protes terkait sanksi yang diterimanya,” ungkapnya.
Pun ketika kemudian mencuat lahirnya mosi tidak percaya itu, lanjut tokoh yang sudah belasan tahun berkecimpung di dunia gokart, seperti merasakan hal yang sama.
“Lah, kami merasakan tentang hal yang sama terkait kepemimpinan Pak Rabindra. Makanya kami komunitas sepakat mengajukan mosi,” lanjutnya.
Satu contoh bisa diapungkan di sini terkait kasus protes di final kelas Junior Rok pada seri 2 Kejurnas Gokart ESHARK Rok Cup sekaligus seri 1 Rok Cup Asia di Sentul International Karting Circuit, Bogor, akhir Februari lalu.
Saat itu tim Tanada Racing melakukan protes karena Dandy (pembalap Tanada Racing) yang merasa ditutup sepanjang 18 lap oleh Sergio Noor. Kalau ditutupnya itu 3 lap pertama dan 3 lap terakhir, adalah hal yang jamak terjadi. Karena merasa dirugikan Tanada Racing melakukan protes ke COC. Namun protes kemudian ditolak.
Keringat serasa masih belum kering, tim Riser Shadaff tempat bernaung pembalap muda berbakat Sergio Noor dibuat terkaget-kaget. Pasalnya, meski akhirnya menjadi juara satu di final kelas Junior Rok, namun harus menerima kenyataan dihukum penalty 10 detik dengan pasal bemper depan.
“Soal COC kemudian memberi hukuman yang bertubi-tubi itu memang masih perlu diperdebatkan menurut kami. Karena terkadang kejadiannya tidak persis demikian. Nah, inilah sebenarnya yang kami rasakan bersama,” terangnya.
Soal Ketua Komisi Gokart yang dinilai memiliki konflik kepentingan dengan ikut menandatangani mosi, menurut sumber ini, memang agak susah. Karena di satu sisi sebagai entrant dan coach tim gokart, di sisi lain sebagai pejabat Ketua Komisi.
“Ya tergantung dari sisi mana kita melihat. Kalau dari sisi coach tim gokart, dia memang bagian dari komunitas gokart,” ungkapnya.
Dia menyebut, mosi sudah dikirimkan dan Rabindra juga telah menyatakan tak mau lagi sebagai COC, selanjutnya yang lebih penting adalah bagaimana membuat kompetisi gokart lebih baik, lebih menarik dengan tetap menjunjung tinggi sportifitas.
“Soal siapa kemudian yang akan menjadi COC, ya mari kita bicarakan bersama. Saran kami, sebaiknya yang mengerti dan paham gokart, tidak dari unsur entrant, tim dan komisi balap,” pungkasnya. (tim mobilinanews)