Senin, 10/09/2018 09:01 WIB
mobilinanews (Jakarta) - Pemerintah belum lama ini memperluas penerapan kewajiban pencampuran biodiesel B20 yang dimulai 1 September 2018 dalam rangka mengurangi defisit dan impor bahan bakar minyak serta menghemat devisa.
"Kebijakan ini menjadi bagian dari kebijakan untuk mendorong ekspor dan memperlambat impor," jelas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam acara Peluncuran Perluasan Mandatori B20 di Jakarta, Jumat (31/8).
Menurutnya kebijakan ini dilakukan dalam rangka menyehatkan neraca pembayaran sehingga tidak terlalu lama bisa menghilangkan defisit neraca perdagangan dan selanjutnya mengurangi defisit transaksi berjalan.
Kewajiban pencampuran bahan bakar solar dengan B20 telah dimulai tahun 2016, namun penerapannya belum optimal.
Hyundai Ajak Pemilik IONIQ 5 dan IONIQ 6 Lakukan Pembaruan Software Bermasalah, Menjamin Keamanan Konsumen
Mazda Indonesia Resmi Buka Diler Baru di Jemursari, Surabaya, Ini Fasilitas Unggulannya
PEVS 2024 : NETA Raih Penghargaan Favourite Car Brand Launch, Ini Strategi Yang Diterapkan
Bahan bakar Biodiesel B20 adalah percampuran 80 persen solar minyak bumi dan 20 persen biodiesel yang berasal dari minyak sawit.
Menanggapi kebijakan ini, salah satu bos Toyota Indonesia menyatakan siap dan mendukung penerapan bahan bakar biodiesel B20 ini.
“Kami mendukung dan tidak ada masalah soal itu. Sangat mendukung, kami sangat siap,” jelas Henry Tanoto, Vice President PT Toyota Astra Motor di sela konferensi pers Jamboree Toyota Solidariland 2018 di Kemayoran, Jakarta Pusat pada Sabtu (8/9).
Menurutnya penggunaan bahan bakar biodiesel B20 pada sejumlah model kendaraan Toyota tidak perlu berkunjung ke bengkel resmi terlebih dahulu untuk melakukan penyesuaian, karena tidak ada masalah berkaitan spesifikasi dan mesin kendaraan Toyota.
“Yang penting bahan bakarnya sesuai dengan kriteria, kalo memang seperti itu kami tidak ada masalah,” tutupnya.
Yuk, kita dukung penerapan bahan bakar biodiesel B20. (anto)