BMW E46 : Long Lasting, Maintenance Murah & Irit Bahan Bakar

Senin, 03/08/2015 14:31 WIB

mobilinanews.com (Jakarta) – Jika ditanya mempunyai budget 100 jutaan dan aka memilih mobil jelas bukan perkara yang mudah. Pada rentang harga segini, banyak sekali segmen mobil yang bermain, dari mobil Jepang, Korea hingga Eropa. Banyak orang takut miara mobil Eropa Karena high cost maintenance dan boros bahan bakar. Namun mobil Eropa juga terkenal handal dalam beberapa hal seperti handling yang sangat baik, aman, nyaman serta konon mampu mengangkat image sang empunya.

Salah satu mobil yang masuk pada budget 100 jutaan adalah BMW 318i E46. Mobil ini dari debut pertamanya tahun 1999, selalu masuk dalam 10 sedan yang patut dimiliki versi car & driver’s magazine (dan masih banyak lagi penghargaan serupa) dikarenakan fitur, performa serta bentuk body yang baik.

BMW 318i E46 sendiri di Indonesia hadir dalam beberapa versi mesin, yaitu mesin M43B18 (1800cc) dan N42B20 (2000cc). Bentuk serta design masih up to date dan cenderung long lasting membuat E46 menjadi salah satu sedan Eropa yang sangat digemari di Indonesia. Untuk urusan perawatan, baik itu E46 M43 atau E46 N42 sama-sama mempunyai kemudahan dalam melakukan servis dan perbaikan. “Onderdilnya gampang dan cukup murah. Kualitas onderdil kawe nya juga sangat bagus dan masih buatan Eropa,” terang Dayat, seorang mekanik senior.

Lantas bagaimana dengan rasio bahan bakarnya? Boros atau irit? Lantas apakah harus menggunakan bahan bakar ron tinggi seperti ron 92 atau 95. Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, mobilinanews.com berkesempatan manjajal sebuah unit BMW E46 dengan mesin N42 (2000cc) berwarna silver milik Ibu Lissa dari Bintaro.

Pertama-tama adalah melakukan isi bensin full tank menggunakan premium/ron 88 di pom bensin Bintaro sektor 2. Cukup kaget karena mobil selevel E46 diisi premium. “Premium aja mas, lihat aja deh hasilnya,” terang Lissa dengan nada meyakinkan. Full tank menjadi perlu dan penting karena metoda yang mobilinanews.com lakukan adalah menggunakan metode full to full dan bukan menggunakan data MID.

Mobil bertransmisi matic ini kami isi dengan 4 penumpang dewasa dengan bobot rata-rata sekitar 65-70 kg per orangnya. Mobil masuk ke tol JORR menuju BSD-Serpong dan sekitarnya. Mesin terasa lembut, halus dengan karakter kick down yang baik dan terasa “nyundul”. Seputar kawasan Tangsel masuk jalanan biasa yang diwarnai oleh kemacetan lampu merah, mobil akhirnya kami arahkan kembali ke Tol JORR melalui pintu BSD 2. Sesekali mobilinanews.com melakukan sprint dengan kick down. Mengejutkan karena tidak ada gejala knocking sedikitpun dari mesin BMW N43B20 ini. Dan herannya lagi, mampu mencapai angka red line hingga 6500 RPM padahal hanya menggunakan premium ron 88.

Dari tol JORR kami putuskan untuk membawa mobil ke kawasan Ancol melalui Tol Lingkar Luar W2, masuk Tol Merak dan masuk Tol Dalam Kota keluar di Pintu kawasan Ancol. Di sini, karakter trafficnya sangat beragam, dari mulai macet pada waktu intersection menuju Tol Merak, hingga hambatan yang cukup lama pada waktu keluar Ancol menuju pintu masuk taman rekerasi keluarga ini.

Kecepatan dalam tol beragam dari 80 km/jam-120 km/jam (jika kondisi memungkinkan) namun juga terkadang stuck karena macet. Setelah berputar-putar di kawasan Ancol dan diselingi dengan makan siang, kami putuskan untuk keluar kawasan ini menuju kawasan bisnis Mangga Dua untuk membeli sesuatu. Tidak terasa waktu menujukan jam 15.30 yang artinya adalah “kemacetan Jakarta”. Tanpa ragu kami membawa kemabali si silver ini masuk Jalan Raya Gunung Sahari hingga berbelok di kawasan Pasar baru untuk menuju Harmoni-Thamrin-Sudirman hingga Kebayoran.

Bisa dibayangkan pada rentang waktu tersebut bawah situasi traffic Jakarta pada masa “kritis stadium 4 lanjut” alias macet parah. Hanya pada kawasan 3 in 1 traffic terasa sedikit lenggang karena kami bisa memacu hingga 60 km/jam. Perjalanan ini kami sempat mampir untuk menurunkan penumpang di beberapa tempat berebeda seperti Permata Hijau, Pondok Indah, Pamulang serta tujuan akhir Bintaro.

Kami mencoba mengisi bensin kembali di pom bensin yang sama. Hasilnya adalah 37,3 liter premium. Setelah di cek pada odo meter adalah 315,8 km jarak yang sudah ditempuh. Alhasil 315,8 km : 37,3 liter = 1 : 8,46 liter. Sebuah rasio bahan bakar yang irit untuk penggunaan murni dalam kota sebuah mobil Eropa bertransmisi matik 2000cc. “Dulunya paling irit 1:6 mas dan itu pun pakai Pertamax. Kalau pakai plus paling max 1:7. Tapi sejak di TUSS di Provis Pondok Ranji, jadi irit dan nggak perlu pakai Pertamax,” terang Lissa lagi.

Mobilinanews.com mencoba melakukan riset kecil-kecilan mengenai rasio rata-rata buat mobil matik dengan kapasitas 2000 cc. Hasilnya memang mobil dengan mesin 2000cc matik dalam kondisi “normal” adalah 1:7 dengan menggunakan Pertamax. jadi, ternyata cukup worth it untuk miara BMW E46 M43/N42 karena irit, murah dan bergaya hanya dengan menggunakan bahan bakar premium tanpa takut ngelitik dan lain-lain.

So, happy hunting….

Keyword : bmw

TERKINI
Laba Bersih Astra Otoparts Tembus Rp475,0 Miliar Di Kuartal I 2024 Innova Zenix Hybrid: Unggulkan Sektor Performa, Safety, Efisien dan Teknologi Canggih Sambangi Tempat Bersejarah, Wahana Makmur Sejati Ajak Media City Touring Pakai Honda Stylo Suzuki Address 125 2024: Skutik Matic Modern Bernuansa Klasik Yang Tampil Elegan