Jum'at, 11/10/2019 08:41 WIB
mobilinanews, Sentul - Tim besar, sedang dan kecil (privateer) itu selalu ada dalam event balap. Bahkan di F1 maupun MotoGP juga begitu adanya.
Pun di Oneprix yang merupakan ajang balap motor paling bergengsi di Indonesia saat ini.
Namun tetap harus ada persamaan regulasi di antara tim-tim tersebut, sehingga membuat balapan menjadi menarik, equal dan kompetitif.
"Adanya Oneprix harus diakui sebagai gebrakan yang menggembirakan dan mampu menggeliatkan industri otomotif khususnya roda dua. Sponsor pun mulai berdatangan," ujar Darma, bolehlah dia dibilang sebagai pengamat balap motor karena telah berkecimpung belasan tahun.
MOU PT International Chemical Industry dan PT Senzo Feinmetal Perkuat Orbit Triton Untuk Efisiensi Kerja Industri
Hadirkan Gaya Berkelas, Vespa Rilis Vespa Primavera dan Vespa Sprint 2024 Terbaru!
Kontribusi Jaga Keberlanjutan, PEVS 2024 Bawa Semangat Net Zero Emission 2060
Namun menurut dia, untuk musim kedua Oneprix tahun depan, mesti ada perbaikan dalam hal regulasi.
Pria mantan wartawan yang sangat familiar dengan para riders, manajer tim dan pemilik tim balap motor karena juga bekerja di sebuah perusahaan helm, menunjuk soal ban.
"Sekarang masih bebas soal penggantian ban. Sebaiknya sudah harus dibatasi, di ARRC saja kalau nggak salah dalam satu round event maksimal 6 set," ungkapnya.
Dengan tidak dibatasi, tentu hanya menguntungkan tim besar dan kuat. Karena tidak ada masalah dengan urusan budgeting. Tapi bagaimana tim kecil atau ptivateer?
Juga soal jadwal latihan, sebaiknya diatur sedemikan rupa seluruh tim memiliki kesempatan yang sama.
"Sekali lagi, dengan tidak ada pengaturan dan pembatasan, lagi-lagi hanya untungin tim besar karena bisa lakukan kapan saja dengan kemampuan financialnya," lanjutnya.
Dengan disusun jadwal latihan secara ketat oleh panitia dan promotor, juga ada punishment jika ada tim yang melanggar. Berupa sanksi denda yang harus mahal buat efek jera. (bs)