Media Italia Desak Ferrari Utamakan Leclerc Ketimbang Carlos Sainz Raih Gelar, Alasannya Hasil 11 Race Awal

Kamis, 14/07/2022 10:38 WIB

mobilinanews (Italia) - Kemenangan di GP Austria membawa Charles Leclerc kembali ke posisi 2 klasemen setelah sempat disalip Sergio Perez.

Step selanjutnya adalah kembali ke puncak klasemen seperti di awal musim, menggusur Max Verstappen. Untuk mencapainya, Ferrari harus terapkan team order.

Begitulah desakan sejumlah media Italia atas nama tifosi Ferrari. Sejak dulu memang sudah tradisi mereka untuk `ikut campur` dalam urusan Ferrari di F1 karena The Prancing Horse dianggap sebagai representasi rakyat Italai di kancah F1.

Dan, beberapa kali dalam sejarahnya, kebijakan Ferrari berubah gara-gara campur tangan itu. 

Kali ini tifosi dan media melihat peluang Ferrari meraih gelar juara dunia 2022 terbuka setelah penantian panjang sejak gelar terakhir pada 2007 (Kimi Raikkonen).

Tak mudah lantaran Leclerc masih tertinggal 38 poin dari Verstappen di klasemen setelah 11 race berlalu. Karena itu media Italia mendesak Team Principal Ferrari Mattia Binotto untuk menetapkan Leclerc sebagai pembalap utama dan diberikan prioritas untuk melawan Verstappen.

Alasannya karena Leclerc jauh lebih berpeluang melawan Verstappen dibandingkan Sainz. Saat ini saja, misalnya, dalam 11 race tercatat Leclerc unggul 9 kali atas Sainz.

Di kalsemen sementara, Leclerc di posisi 2 dengan torehan 170 poin. Sedangkan Sainz di posisi keempat dengan poin 133, atau defisit 37 angka dari rekan setimnya.

"Ferrari, jangan mengacaukan perburuan gelar juara dunia ini! Sekarang hirarki harus diperjelas," tulis koran olahraga paling berpengaruh Italia, La Gazetta dello Sport.

"Angka-angka itu menunjukkan kesenjangan kedua pembalap. Leclerc adalah pembalap yang harus didukung saat ini di kejuaraan dunia," tulis Corriere della Sera.

Beberapa media lain juga menyinggung hal yang sama. Dan, dia ajang medsos, tifosi menuntut hal yang sama. Intinya, semua berharap Ferrari kedepankan startegi team order yang terbukti mumpuni membuat Michael Schumacher sukses meraih 5 gelar bersama Ferrari.

Jika membiarkan Leclerc dan Sainz bebas bertarung, jelas sangat beresiko bagi Ferrari untuk berjaya di kejuaraan pembalap maupun konstruktor. Sekali saja keduanya saling bentur dalam balapan dan gagal finish maka akan sangat sulit mengembalikan poin yang hilang.

Sayangnya, Binotto bukanlah penganut strategi team order seperti para pemimpin Ferrari terdahulu. Ia anggap pembalapnya sudah tahu apa yang harus dilakukan masing-masing dalam sebuah race, bahwa prioritas adalah kepentingan tim. 

Menarik menanti reaksi Binotto dalam race berikutnya di GP Prancis, atau setidaknya pada paroh kedua kompetisi nanti. Apakah ia tunduk pada tekanan media dan tifosi atau kukuh dengan prinsipnya sendiri?

Ini bukan perkara mudah bagi Binotto karena sejak memimpin tim Ferrari pada 2019 baru kali inilah skuadnya ikut berebut gelar juara.

Jika ia bersikeras dengan caranya sendiri dan ternyata gagal, maka dipastikan tekanan media dan tifosi bakal semakin menjadi. Pertaruhan Binotto adalah jabatannya. (rnp)

 

TERKINI
Begini Cara Mudah Melihat Kampas Rem Lewat Indikator Motor, Simak Tata Caranya! Spesifikasi Nissan Magnite: SUV Kompak yang Bikin Honda HRV Kehabisan Napas! Komunitas Pengendara Kendaraan Listrik dan Keseruan Parade di PEVS 2024 AC Mobil Tidak Dingin, Coba Lakukan 6 Cara Ini Agar Temperatur Suhu Dalam Mobil Tetap Stabil!