Mau Mengembangkan Usaha Bengkel? Jangan Takut Berhutang, Itu Tidak Haram, Tapi Wajib!

Sabtu, 12/11/2016 01:14 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Setelah membahas cash flow, yang artinya suatu usaha sudah berjalan, kali ini saya mencoba menjelaskan konsep dalam pencatatan keuangan usaha bengkel. Pada prinsipnya semua usaha baik kecil, menengah, apa lagi besar memerlukan pencatatan keuangan dengan benar dan akurat, pencatatan tersebut berupa laporan keuangan.

Laporan keuangan dalam usaha apapun, termasuk bengkel, menggambarkan posisi keuangan pada suatu saat, atau periode. Salah satu bentuk laporan keuangan adalah Neraca (Balance Sheet). Di mana laporan ini memiliki 3 elemen dasar. Yaitu aset, hutang dan ekuitas (modal).

Setelah kita mengulas sedikit soal aset, sekarang bagaimana dengan hutang? Hutang (liability) dibagi dua kelompok. Yaitu, hutang jangka panjang, untuk yang lebih dari setahun. Dan, hutang jangka pendek, untuk yang kurang dari setahun.

Yang termasuk hutang, tidak melulu pinjaman (loan) dari Bank. Ini bisa berupa hutang usaha, hutang gaji, hutang pajak, hutang sewa, dan masih banyak lagi.

Hutang sesungguhnya dapat mendukung operasional, maupun kelangsungan hidup usaha. Intinya, sah-sah saja suatu usaha itu punya hutang. Jadi, tidak perlu takut untuk berhutang. Karena, dengan hutang kita bisa melakukan banyak hal terhadap usaha kita.

Namun dalam hal berhutang untuk usaha, kita harus tau bagaimana mengaturnya dengan benar. Kadang, kita tidak terlalu memperhatikan kelancaran hutang. Padahal, inilah hal yang pertama bisa menyebabkan ketidakcukupan kas (bank) dalam menopang operasional usaha.

Berikut beberapa rumus likuiditas yang bisa dipakai untuk mengatur hutang. Pertama, Current Ratio (CuR). Ini rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek, mengunakan aktiva lancar. Rumus menghitung Current Ratio adalah Aktiva Lancar dibagi Hutang Lancar, dikalikan 100%.

Current Ratio = (Aktiva Lancar/Hutang Lancar) x 100%

Lalu ada Cash Ratio (CaR). Ini adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia, berikut surat berharga, atau efek jangka pendek. Rumusan Cash Ratio sederhana, yaitu Kas ditambahkan Efek, dibagi Hutang lancar, lalu dikalikan 100%.

Cash Ratio = (Kas + (Efek / Hutang Lancar)) x 100%

Berikutnya, adalah Quick Ratio (QR), atau Acid Test Ratio (ATR). QR untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban finansial jangka pendek, mengunakan aktiva lancar yang lebih likuid (Liquid Assets). Cara menghitung menghitung QR adalah Kas ditambah Efek, ditambah Piutang dibagi Hutang Lancar, lalu dikalikan 100%.

Quick Ratio = ((Kas + Efek) + (Piutang / Hutang Lancar)) x 100%

Nah, nilai ideal dari ketiga analisa rasio likuiditas ini minimum 150%. Semakin besar, semakin baik, dan usaha anda dalam kondisi sehat.

Kesimpulannya, sebelum memanfaatkan utang, kenali dulu karakter diri, dan kondisi keuangan. Jangan sampai, hutang yang semula ingin dimanfaatkan untuk menciptakan performa keuangan yang lebih baik, justru menjadi sumber kesengsaraan Anda. Sehingga berhutang adalah termasuk salah satu strategi dalam mengendalikan usaha anda, dan bukan hal yang tabu lagi.

TERKINI
GWM Indonesia dan Ideafest Selenggarakan Diskusi Inspiratif Bahas Transformasi Industri Melalui Pengalaman Baru Hyundai Staria Hybrid, MPV Mewah dengan Teknologi Hybrid Unggulan Daihatsu Kumpul Sahabat Yang Disupport GT Radial, Ajak Pelanggan Setia Berbagi Kebahagiaan di Harapan Indah Bekasi Dealer BYD Cibubur Sebagai Salah Satu Flagship Dealer di Indonesia, Dilengkapi Fasilitas Lengkap