mobilinanews (Jakarta) - Lama bertugas sebagai Pemimpin Redaksi dari 10 media berbeda dalam unit bisnis Kompas-Gramedia, Hendra Noor Saleh amat diyakini memahami dengan detail segala intrik, modus dan sisi terang maupun gelap sebuah pameran otomotif.
Tak ada pameran di Tanah Air yang pernah dilewatkan selama kurun 20 tahun terakhir. Bahkan hampir semua motorshow ternama di seluruh dunia, sudah pernah dikunjunginya.
Tapi KoHen -- panggilan akrabnya -- seakan bermetamorfosa menjadi sosok berbeda manakala dipercaya menjadi Direktur PT Dyandra Promosindo. Sangat terbuka saat bicara IIMS, namun tak pernah mau komentar soal GIIAS. "Barangnya beda, jack. Ibarat satu toko mainan, satunya lagi Legoland. Ndak bisa dibandingkan," katanya kalem.
Saat ditanya fenomena SPK bodong, berulang kali ia menolak berkomentar. Namun akhirnya menyerah, dengan catatan hanya fokus pada topik IIMS.
Apa tanggapan Anda dengan sinyalemen SPK bodong di GIIAS maupun IIMS?
"Sikap Dyandra sebagai institusi, dan otomatis berlaku ke saya, sejak konsep baru IIMS 2015 digulirkan, kami selalu konsisten. Silakan check. Kami tidak pernah tergoda untuk mengomentari, mencela atau berprasangka buruk terhadap pameran lain. So, kali inipun, karena Anda desak terus, saya membatasi bicara IIMS saja. Meski, kalau mau jujur, naluri jurnalistik saya ikut mendidih karena begitu banyak kejanggalan yang dipertontonkan terang-benderang."
Lalu apa komentar Anda?
"Begini. IIMS dengan konsep barunya 'the Essence of Motorshow' terbukti sudah berjalan baik dan dibanjiri pengunjung. Anda lihat sendiri bagaimana besarnya antusiasme visitors IIMS 2015 kan? Mereka bergembira dan menjadikan IIMS sebagai wahana relaksasi keluarga dan kumpul komunitas otomotif. Itu fakta, silakan tanya atau survei sendiri ke komunitas otomotif dan pengunjung awam IIMS.
Tidak mungkin ada orang atau lembaga, termasuk Dyandra, yang bisa merekayasa tingkat kepuasan ratusan ribu orang pada satu event tertentu. Dari pengalaman hidup saya, yang bisa dimark-up itu adalah data Public Relation (PR) yang kemudian ditelan mentah-mentah oleh media yang tidak kritis atau partisan. Tapi saya tidak pernah menjadikan ini faktor determinan. Karena pada akhirnya yang menjadi mahkamah tertinggi ialah konsumen. Ya, tenant, sponsor dan pengunjung."
Apakah Dyandra melakukan survei tingkat kepuasan konsumen?
"Ada. Dari hasil survei internal, Alhamdulillah pengunjung IIMS mostly puas dengan aplikasi dari konsep baru. Strong pointnya bukan lagi pada jual mobil, tapi kolaborasi berbagai elemen entertaintment, edukasi, bisnis dan komunitas.
Jika ini dianggap valid, berarti 1 dari 3 KPI (Key Perfomance Indicators) terhadap Dyandra sebagai pelaksana pameran, sudah tercapai secara memuaskan.
Dua KPI lainnya?
"Profil pengunjung IIMS itu 80% at least terjadi kesesuaian dengan target market dari client-client IIMS, ya jualan mobil, motor, aksesoris dan industri pendukung lain. Kesesuaian target market ini penting karena akan berkorelasi dengan tingkat transaksi yang akan terjadi selama pameran."
Hasilnya seperti apa?
"Thank God, bahkan sebelum IIMS berakhir 30 Agustus 2015, silih berganti sahabat dan client IIMS menyampaikan kepuasan mereka, langsung ke saya dan tim Dyandra. Bahkan tidak sedikit yang kontan menyatakan komitmen ikut IIMS di April 2016. Suara peserta pameran, tidak mungkin dimanipulasi. Mereka yang mencatat hari per hari jumlah transaksi, dibantu oleh puluhan atau ratusan tenaga salesman, dan mereka pula yang akan mempertanggungjawabkan kepada atasan atau owner masing-masing."
Apa KPI yang ke-3?
"Manajemen pameran. Ini menyangkut service level, ketepatan waktu, kerapian acara, kebersihan, penanganan listrik mati, tarif-tarif tersembunyi dan hal-hal teknis pameran lainnya. Kalau yang ini, biarlah publik dan peserta pameran yang melakukan penilaian, evaluasi bahkan kritik. Kurang pantas kami menilai diri sendiri. Satu hal yang pasti, IIMS 2015 masih jauh dari kesempurnaan. Namun kekurangan itu Insha Allah akan menjadi energi baru bagi tim Dyandra untuk terus melakukan improvement di bulan April 2016 dan tahun-tahun selanjutnya."
Kembali ke soal SPK bodong?
Dari 3 KPI yang sudah saya sebutkan di atas, jelas sekali IIMS 2015 tak punya beban harus menghasilkan SPK seberapa banyak. Sebagai pelaksana pameran yang independen, tidak ada motif bagi Dyandra untuk mark-up jumlah penjualan dengan istilah yang Anda sebut sebagai SPK bodong itu. Lebih jauh lagi, tidak ada akses bagi Dyandra untuk utak-atik angka SPK. Sehingga, kalaupun ada fenomena SPK bodong, tidak ada dan tidak mungkin terjadi di IIMS 2015."
Tapi apakah Dyandra puas dengan nilai transaksi di IIMS?
"Saya setuju 100% dengan judul mobilinanews yang memuat wawancara ibu Amelia Tjandra (Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor) yang menyebut: 'Biar Penjualan Kecil Tapi Real, Tidak Bodong'. Salam hormat dan respek saya untuk Bu Amel ya."
Ada contoh lain?
"'Hmm.. Ayo kita sama-sama lihat data penjualan Honda di 2 pameran. Dari release resmi yang saya baca, Honda berhasil menjual 8.528 unit. Sebanyak 2.985 unit terjual di IIMS. Itu ekiuvalen 35%. Seandainya Honda BR-V juga dipajang di IIMS sejak hari pembukaan, mungkin hasilnya bakal 50:50. Itu dalam kondisi Honda di IIMS hanya menurunkan 1 group dealer dibanding pameran sebelah yang turun dengan kekuatan penuh.
Kalau apple-to-apple, terbayang betapa dahsyatnya potensi pasar IIMS di Jiexpo Kemayoran. Rasanya tidak ada lagi kepuasan yang lebih tinggi dibanding achievement 35% itu untuk pameran 2015 lalu. Tahun depan, lain lagi dong ceritanya. Saya berharap brand yang ikut IIMS lebih confident menurunkan armadanya. Toh ujung-ujungnya gimana meraih penjualan (real) semaksimal mungkin, untuk ikhtiar penyelamatan industri otomotif nasional."
Sebagai mantan Pemimpin Redaksi media otomotif dan bisnis ternama, menurut prediksi Anda apakah mungkin ada implikasi SPK bodong ke institusi negara, seperti investigasi perpajakan atau KPPU?
"Wah, jangan mancing-mancing, Bro. Selama 9 bulan saya bergabung di Dyandra, sudah terlalu sering saya mendengar Dyandra dijadikan kambing hitam atau tertuduh atas kecerobohan pihak lain. Entah akibat pernyataan beliau sendiri yang dimuat di media atau lantaran pemilintiran fakta.
Kita masih ingat kan dengan berita "Dyandra 2015 sudah tidak ada orang", atau "Pelarangan Dealer", atau "Dyandra patenkan nama IIMS tanpa sepengetahuan Gaikindo", "Dyandra mencatut nama APM" dan banyak lagi. Waktu telah membuktikan semua itu tidak ada yang benar dan paling sedikit pelakunya bukan dari Dyandra 2015.
Sebagai manusia, dulu kadang ada keinginan merespons untuk fight back. Tapi pimpinan saya dan kolega di Dyandra, selalu mengingatkan agar tidak perlu menanggapi. Tunjukkan bahwa institusi Dyandra itu mature, sudah 20 tahun lebih mengabdi di dunia otomotif.
Tanggapan hanya akan menghasilkan polemik yang tidak ada habisnya, dan akhirnya kontraproduktif di tengah kondisi pasar otomotif yang sedang lesu. Toh, publik tidak buta. Dan saat ini saya mulai merasakan kebenarannya."
Baca juga: Amelia Tjandra: Biar Penjualan Kecil Tapi Real Tidak Bodong