mobilinanews (Italia) - Masuk skuad The Prancing Horse mulai musim 2021, Carlso Sainz Jr tampil gemilang sepanjang tahun pertamanya.
Adaptasinya cepat di atas SF21, tampil konsisten dan mengalahkan driver utama Charles Leclerc di klasemen akhir. Ini yang justru membuat Ferrari bingung menuju musim 2022.
Investasi besar yang ditanam Ferrari untuk Leclerc sepertinya harus dievaluasi ulang karena potensi besar yang justru diperlihatkan Sainz.
Putra pereli top Carlos Sainz Sr itu meraih posisi 5 Besar klasemen 2021, prestasi terbaiknya sejak masuk kancah F1 pada 2015.
Mengumpulkan total poin 164,5 dan 4 kali naik podium, ia kalahkan Leclerc yang berada di urutan 7 klasemen akhir dengan poin 159 dan sepanjang musim ini hanya sekali naik ke podium.
Sumbangan poin yang signifikan dari Sainz membuat Ferrari juga mampu meraih target musim 2021, yakni peringkat 3 konstruktor yang sejak awal diprediksi bersaing sengit dengan McLaren dan tak mungkin mengalahkan Mercedes daan Red Bull Honda.
Pencapaian Sainz memunculkan pujian besar Team Principal Ferrari Mattia Binotto. Pria Italia ini memastikan sebelum musim 2022 bergulir maka masa depan Sainz di Ferrari akan diputuskan untuk kepentingan jangka panjang. Tak lagi sebagai pendamping Leclerc semata seperti rencana awal.
"Carlos sangat cepat belajar dan beradaptasi tak hanya dengan mobil, tapi juga dengan keseluruhan tim. Kami segera membahas masa depannya dalam tim ini," kata Binotto yang harus memagari Sainz agar tak pergi ke tim lain pada akhir musim 2022 sesuai durasi kontraknya.
Binotto belum jabarkan apa rencananya buat masa depan Sainz. Tapi, jelas ia tak akan mudah mengambil keputusan. Pasalnya, sejak awal Binotto sudah bicara tegas Leclerc adalah pembalap utama Ferrari yang dijagokan berebut gelar juara dunia paa 2022 atau 2023.
Maklum saja, saat menjadi Team Principal Ferrari pada musim 2019, reputasi Binotto sangat terbantu oleh Leclerc yang jalani debutnya pada musim 2019 itu juga.
Pada tahun itu, Leclerc langsung jadi anak emas Ferrari maupun tifosi fanatik pendukung The Prancing Horse. Dalam musim debutnya, Leclerc bisa mengalahkan driver senior Sebastian Vettel, sekaligus melahirkan intrik internal di dalam tim.
Hal sama kini terulang antara Leclerc dengan Sainz. Hubungan pribadi keduanya memang baik-baik saja sepanjang musim 2021. Tapi, Binotto harus mulai mengantisipasi agar tak terjadi persaingan keras di internal sendiri karena Leclerc maupun Sainz jelas punya ambisi yang sama, ke papan atas pembalap F1.
"Kami punya line up terbaik di F1," kata Binottto pertengahan musim lalu, saat ia mulai fokus pada pengembangan mobil ke musim 2022 agar bisa bertarung di kejuaraan dunia.
"Tapi, dari awal sangat jelas, Charles yang didorong untuk kejuaraan dunia karena Ferrari telah menanam investasi besar untuknya," imbuh Binotto saat itu.
Pembahasan masa depan Sainz seperti yang dikatakan Binotto diprediksi akan menyangkut topik itu juga. Bagaimana status Sainz, apakah tetap pembalap nomor 2 atau setara dengan Leclerc dalam arti bebas bersaing?
Sainz sendiri sudah menyentil masalah itu, bahwa ia ingin musim terbaiknya tahun ini mendapat penghargaan. Pastinya yang dimaksud adalah statusnya dalam tim, lebih dari sekadar pendamping. Dan, ia pun ingin punya momentum lebih positif tahun depan.
Itu yang diakui Binotto menjadi PR hingga winter test pada Maret mendatang. Ia harus mengakomodasi reputasi Sainz sepanjang musim debutnya bersama Ferrari plus potensinya di masa depan.
Dan, saat sama juga tak ingin membuat Leclerc kehilangan motivasi. (rnp)