mobilinanews (Monaco) - Sampai saat ini belum ada kontrak untuk memastikan apakah GP Monaco masih akan ada pada musim 2023. Isu komersialisasi jadi pemicunya.
Trek jalan raya Monaco salah satu yang paling ditunggu fans maupun pembalap karena tingkat kesulitan dan resikonya yang sangat tinggi.
Ironisnya, belakangan tersiar kabar tak sedap kalau seri Monaco yang rutin berlangsung sejak 1950 itu terancam dicoret dari kalender F1 2023 dan seterusnya.
Kabar itu jelas tak disukai mayoritas pembalap yang berharap balap ikonik di tengah kota Monte Carlo itu tak dicoret dari F1.
Fans F1 lewat medsos juga layangkan keprihatinan jika trek ikonik Monaco yang setiap incinya berbahaya (karena trek sempit dan berbatasan langsung dengan pagar) itu harus out dari F1.
Sebabnya, menurut kabar yang beredar, ACM (Automobile Club de Monaco) sebagai promotor lokal kesulitan keuangan memenuhi syarat yang diberikan Liberty Media sebagai pemegang hak komersial F1 pasca lengsernya sang supremo F1 Bernie Ecclestone.
Pihak Liberty Media yang menjadikan F1 bukan sekadar balapan tetapi juga ajang hiburan ditengaraii mengajukan syarat finansial untuk Monaco sama besar dengan ajang grand prix baru di negara-negara Timur Tengah macam Abu Dhabi, Arab Saudi, Bahrain dan Qatar, begitu pun dengan Singapura, dan seri Miami dan Las Vegas di AS mulai tahun depan.
Semua seri balap ini diseting glamour dengan biaya penyelenggaraan yang luar biasa. Di sisi lain, selama ini GP Monaco karena statusnya menjadi salah satu seri yang mendapat keistimewaan soal promoter fee.
Dengan pendekatan entertainment itu, Liberty Media juga dikabarkan menuntut Monaco untuk memodernisasi trek balapnya. Itu semua plus promoter fee yang meningkat drastis menjadi sebab masa depan GP Monaco benar-benar terancam.
Baru-baru ini petinggi McLaren Zak Brown mengatakan kepada Kantor Berita Reuters bahwa Monaco dituntut oleh persyaratan komersial yang sama dengan grand prix lainnya.
President ACM Michel Boeri pun angkat bicara soal hajatan mereka.
Dalam wawancaranya dengan media Prancis Auto Hebdo, ia menampik isu finansial dan persyaratan komersial yang membuat pihaknya tertekan. Spekulasi media, katanya, berlebihan.
"Kami masih dalam pembicaraan dengan mereka (Liberty Media) dan kami harus membuatnya konkret dengan kesepakatan kontrak baru. Tapi, saya menjamin GP Monaco masih ada setelah 2022," katanya.
"Tapi, saya belum tahu apakah kontraknya 3 atau 5 tahun," imbuhnya, tanpa menyebut syarat keuangan yang diminta Liberty Media karena hal itu memang kerahasiaan kedua pihak.
Pernyataan Boeri tentu masih harus ditunggu kepastiannya. GP Monaco 2022 berlangsung 27-29 Mei 2022. Saat itu diperkirakan sudah ada kepastian masa depan Monaco di kalender F1.
Selain Monaco, GP Prancis juga menghadapi ancaman serupa. Dicoret dari F1 bila tak bisa memenuhi syarat Liberty Media.
Belakangan, pihak Liberty Media memang gencar membuka peluang banyak kota atau negara menjadi tuan rumah F1. Bos Liberty yang juga jadi bos F1 Stefano Domenicalli bahkan berambisi menjadikan pertempuran F1 berlangsung 30 seri setelah rekor 23 ronde pada tahun ini.
Selain perbanyak event di Asia dan benua Amerika, ia pun berobsesi untuk kembalikan F1 ke benua Afrika dengan menghidupkan kembali GP Afrika Selatan.
Indonesia tentu saja salah satu yang masuk proposal masa depan karena negeri ini juga berambisi gelar F1. Dan, dengan semakin banyaknya peminat tuan rumah, wajarlah Liberty Media menaikkan harga penyelenggaraan. (rnp)