mobilinanews (Jakarta) - Dorna selaku penyelenggara MotoGP di dunia menyatakan Sirkuit Sentul belum memenuhi standar untuk bisa menggelar MotoGP tahun 2017. Surat itu diberikan Dorna kepada pemerintah Indonesia dalam hal ini Kemenpora.
Dalam surat dari CEO Dorna, Carmelo Ezpeleta, tertanggal 6 Juli tersebut, dan ditujukan kepada Menpora Imam Nahrawi, menyebutkan bahwa Sirkuit Sentul saat ini belum menggunakan standard FIM Homologation. Mereka juga menyatakan telah berulang kali meminta kepada Sentul untuk mengirim master plan termasuk modifikasi sirkuit yang telah dilakukan berikut pula area di luar sirkuitnya.
"Master plan tersebut ternyata belum pernah dikirimkan kepada kami sampai saat ini, dan akibatnya sangat tidak mungkin menyelenggarakan MotoGP di tahun 2017," demikian isi yang ditandatangani Carmelo Ezpelata tersebut.
Sebelumnya, Indonesia telah diberi kesempatan menggelar MotoGP untuk tiga musim (2017-2019) oleh Dorna. Tanggal 30 Juni 2016 sebenarnya batas waktu melakukan tanda tangan kontrak dengan Dorna.
Namun, melewati jadwal itu ternyata pemerintah Indonesia belum bisa melaksanakannya. Sebaliknya mereka justru berkirim surat untuk meminta perpanjangan waktu hingga akhir Juli nanti.
Dalam surat itu juga tertulis bahwa Menpora memberikan pilihan tempat kepada Dorna: Sentul untuk penyelenggaraan MotoGP 2017-2019, sedangkan Palembang digelar 2018-2020. Dua opsi itu disodorkan Menpora karena melihat Sentul lebih punya pengalaman dan bersedia untuk melakukan renovasi dan menyanggupi membayar commitment fee penyelenggaraan kepada Dorna Sport selama tiga tahun.
Sementara, Palembang juga masuk opsi karena telah membuktikan keseriusannnya dengan memberikan surat kepada Presiden RI, Joko Widodo. Di samping juga memiliki pengalaman menggelar event-event olahraga.
Palembang juga sempat dijadikan tempat alternatif untuk menggelar MotoGP, jika Sentul batal. Namun, mereka akhirnya mengatakan baru bisa menggelar MotoGP pada 2018.
Menanggapi surat dari Dorna tersebut, advisor Sirkuit Sentul, Irawan Sucahyono, mengakui jika pihaknya memang belum memberikan master plan. Ia lantas memberikan penjelasannya.
"Master plan atau rencana penyelenggaraannya memang belum kami sampaikan ke Dorna karena kami tidak ingin mendahului pemerintah. Pemerintah baru memastikan soal penunjukan itu pada saat 30 Juni lalu melalui surat yang dikirimkan kepada Dorna Sport. Jadi wajar saja kami belum ada master plan yang diberikan ke Dorna," kata Irawan.
Kendati demikian, Irawan mengapresiasi apa yang telah dilakukan pemerintah. Menurutnya, surat dari Menpora dan jawaban dari Dorna merupakan langkah awal Sentul untuk mempersiapkan semua. Sebab keputusan siapa yang akan menjadi tuan rumah sudah jelas.
"Itu cukup wajar. Mereka menjawab apa adanya, kalau 2017 tidak bisa, ya, wajar karena mungkin menurut mereka mepet untuk persiapannya," ujarnya.
Menurut Irawan, pihaknya tidak masalah jika Sentul tidak jadi menggelar MotoGP di tahun 2017 karena dari awal Sentul tidak memasang deadline untuk penyelenggaraan harus 2017. Makanya sekarang tergantung dari pemerintah mau bagaimana. Sentul saat ini menunggu petunjuk dari pemerintah seperti apa.
Irawan menambahkan, PT Sentul akan melakukan korespondensi dengan Dorna untuk melobi agar penyelenggaran MotoGP 2017 di Sentul tetap terlaksana.
"Sentul bakal mengejar dan ngotot lah. Tetapi sekarang ini leadernya ada di Kemenpora jadi kita tunggu petunjuk pak Menteri dulu. Kemarin kan Pak Menpora sudah menentukan sentul 2017-2019 dan palembang 2018-2020. Tapi intinya yang diminta Dorna sesuatu yang realistis. Bagi Sentul sih gampang, sirkuit ada, tinggal renovasi. Renovasi juga gampang karena sudah komunikasi dengan Hermann Tilke, jadi tinggal tunggu konfirmasi dari Homologasi FIM saja," urai Irawan.
Jadi, tidak, jadi, tidak MotoGP Sentul 2017? (budi santen)