mobilinanews

Kisruh Regulasi Baru ITCC 1600 Max, Pertaruhan Wibawa IMI

Selasa, 19/02/2019 01:32 WIB
Kisruh Regulasi Baru ITCC 1600 Max, Pertaruhan Wibawa IMI
Kelas ITCC 1600 Max hanya dikuasai pembalap pabrikan Honda dan Toyota. (foto : ist)

Oleh : Budi Santen

mobilinanews (Jakarta) – Kisruh terkait regulasi baru kelas ITCC 1600 Max yang rencananya diberlakukan pada ISSOM musim 2019, adalah sekaligus ujian kewibawaan bagi Ikatan Motor Indonesia (IMI) Pusat.

Pasalnya, peraturan yang membolehkan penggunaan mesin dari luar negeri dengan alasan guna mendekatkan regulasi FIA, tentu bukan asal diputuskan. Apalagi bertujuan agar balapan bisa equal dengan negara asing dan international, terlebih IMI sebagai anggota dari FIA (Federasi Olahaga Mobil Dunia).

Selain itu, juga telah melalui proses pembahasan yang panjang, yang kemudian disahkan pada Rakernas IMI di Balikpapan, Kalimantan Timur, 16 Desember 2019.

Sebelum itu, terkait regulasi dimaksud, terlebih dahulu dibahas oleh komisi teknik mobil yang dikomandani Loqy Siregar dengan sekretaris Anton “Ceper” Chaidir, bersama para komisi balap mobil yang diketuai mantan pembalap terbaik Indonesia dan dengan segudang pengalaman, Ananda Mikola.

Seperti diketahui, anggota komisi balap mobil ini terdiri-dari berbagai perwakilan tim balap, entrant manager, perwakilan orang teknik hingga figur yang dianggap memiliki kapabilitas di bidangnya.

Namun, anggota komisi balap sifatnya hanya sebagai nara sumber. Boleh mengusulkan, menyampaikan pendapat hingga memberi argument untuk meyakinkan gagasannya. Dan terakhir, memberi tanda tangan draft usulan regulasi.

Hanya itu, tak lebih. Karena setelah itu, draft regulasi dibawa komisi teknik kepada Bidang Olahraga Mobil untuk kembali ditelaah dan dipelajari. Sebelum dibahas lagi untuk finalisasi di Rapat Kerja Teknis (Rakornis) di Hotel Ambhara, Jakarta, 18-19 September 2018 lalu. 

Intinya, Bidang Olahraga Mobil yang akhirnya membuat keputusan. Draft usulan dari komisi balap itu, bisa dipakai semua, hanya sebagian atau bahkan ditolak seluruhnya adalah kewenangannya.

Rentang waktu setelah Rakornis, masih ada sekitar 3 bulan sebelum draft regulasi itu dibawa ke Rakernas IMI Balikpapan untuk diketok palu alias disahkan.

Jadi, ketika ada pihak yang berkeberatan dengan alasan tertentu ; sebagian, atau keseluruhan, mestinya bisa disampaikan sebelum jadi peraturan.

Maka jika kemudian regulasi yang belum sempat diberlakukan tiba-tiba harus dicabut, dianulir atau dibatalkan karena ada pihak yang terlibat dalam balapan tersebut merasa keberatan, tentu ini sebuah ironi.

Tidak hanya akan menjadi preseden buruk, tetapi sekaligus dipertanyakan kewibawaan IMI sebagai regulator dan induk organisasi bermotor di Tanah Air.

Sudah semestinya, peraturan yang telah disahkan, untuk diaplikasi pada ajang balap di sirkuit. Apalagi salah satu tujuannya guna menarik minat pembalap privateer terlibat di salah satu kelas paling bergengsi ISSOM tersebut. Tidak hanya dikuasai 2 tim pabrikan : Toyota dan Honda seperti yang selama ini terjadi.

Jika kemudian setelah digulirkan ada koreksi, perbaikan dan penyempurnaan, itu boleh-boleh saja bisa dilakukan. Dan bisa disampaikan serta kembali dibahas bersama komisi balap mobil, biro teknik dan bidang olahraga mobil di IMI Pusat.

Termasuk, jika kemudian harus diputuskan untuk displit menjadi kelas tersendiri. Namun tetap dalam satu slot balapan, sehingga membuat kelas tersebut menjadi semakin ramai dengan banyak starter/peserta.

Dengan begitu, wibawa IMI sebagai regulator balap di Tanah Air tetap terjaga, dan tidak merasa ada yang dipermalukan.

Atau, ada pendapat lain?

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo