mobilinanews

Obituari : Jack F16 Willy Dreeskandar di Mata Sahabatnya Hendra Noor Saleh

Kamis, 26/03/2020 14:45 WIB
Obituari : Jack F16 Willy Dreeskandar di Mata Sahabatnya Hendra Noor Saleh
Alm. F16 Willy Dreeskandar (ditandai), Hendra Noor Saleh persis sebelah kanan bersama teman-teman mantan Motor Plus saat peresmian Gastank Moto Coffee di bilangan Lebak Bulus, Jaksel sebulan silam

Oleh : Hendra Noor Saleh (Presiden Direktur PT Dyandra Promosindo Tbk)

Ah, Jack Willy Dreeskandar. Ternyata ini foto terakhir kita bersama. Tepat di hari ulang tahunku dan peresmian @motocoffee.co Kita berkumpul bersama-sama alumni Otomotif Group. Seperti biasa, kau memberiku pelukan hangat dengan jabat erat khas, anak bikers. 

Pada 1 Maret 1994 adalah jumpa awal kita. Berarti sudah 26 tahun lalu. Saat saya diterima kerja dalam satu komunitas "aneh", di kantor berbentuk bedeng di Palmerah Barat. Sebagai wartawan tabloid Otomotif. 

Sebagai mantan eksekutif lembaga finance modern, tiap hari harus pakai dasi dan kemeja lengan panjang rapi disetrika, sungguh suatu yang tidak lazim sekantor dengan adab yang hanya ada di pilem-pilem petualangan dan koboi. 

Pagi saat orang-orang bersiap berangkat ke kantor, anak-anak Otomotif malah baru siap-siap tidur di... kantor. Semua punya tempat mojok favorit. Berani nyerobot, ujungnya bisa rame. 

Ada yang baru saja ngebir, ada yg badannya diselimuti aroma knalpot dan oli, ada juga yang bau menyan dari Belanda. Sebagian baru saja kelar main game Paratrooper. Dari komputer jadul MS DOS. Kelar bikin artikel dari WS4 dari floopy disk setebal karton ukuran 10x10 cm. Ngetiknya 1 jam, main game bisa 5 jam. 

Tampangnya jangan main-main. Sangar, Jack. Rambut gondrong, badan dililit rantai, agak jarang mandi, kosa kata favorit: anjing tanah, ulat bulu dan nama fauna lainnya. Anggota tetap gang nginap itu F-16, Agam, Fendi, Sam Bule, Miolo, Djs, Acip, Kl:X. Sesekali join Yoni, Parwata, Soni, Meneer, Smd, Urip, Johan, Babe alias NB, Bastian, Mbah Heri, Urip, Acip, Bang Zul, Sukarman, Mas Endi, Feol, Tom, Cak Bbg, Budi Santen dan banyak lagi.

Hari demi hari, bersama para wartawan muda ini lama-lama saya paham. Mereka semuanya baik-baik kok, care, talenta dan keenceran otak di atas rata-rata. Jika tidak, bagaimana bisa setiap minggu tabloid Otomotif jadi candu bagi 100.000 pelanggan dan pembeli eceran. Sebuah rekor membanggakan KG di masa itu. 

Willy Dreeskandar dengan inisial F-16 adalah salah satu mentorku. Kebetulan kubikel kami  bersebelahan. Masa itu, namanya Meja Biro, dan saya dapat limpahan kapling dari Ananta yg check out ke Jerman. F-16  sungguh antitesis dariku. Tingginya mungkin beda 30 cm (karena itu Chief Agus Langgeng memanggilnya Jangkung), rambut gondrong, jomblo, dia insinyur teknik dan saya ekonomi, dan begitu banyak perbedaan lainnya.  

Di mataku, semua hobinya aneh. Suka sama pesawat tempur, karena itu inisialnya F-16. Kalau lagi dapat referensi baru tentang pesawat, dia bisa baca berjam-jam tanpa bisa diganggu. Hapal semua lagu-lagu Queen, dan gayanya agak dimirip-miripkan Freddy Mercury muda. 

Umur kami terpaut 1 tahun. Tapi semua tampak berbeda. Mungkin F-16 pun merasakan feeling yang sama. Karena kubikel tetanggaan, rasa saling memahami mulai muncul. Pernah saya memergoki, F-16 belajar ngaji Iqro. Cara ejanya mirip waktu saya masih TK. Terpatah-patah. Saya menatapnya, tanpa ditanya dia menjawab, "Iya, Jack. Orangtua gue muslim, tapi gue dipelihara dari keluarga non-muslim. Gue sedang mencari kebenaran mana yang akan saya pilih." 

Saat saya habis mandi di kantor, karena tanpa sadar lama-lama saya juga jadi ikutan aneh, F-16 memergokiku buka laci. Dia melihat alat cukurku masih model jadul. Silet merek goal, dijepit oleh gagang besi. Jika siletnya mulai karatan atau tumpul, silet tinggal buang dan gagang masih terpakai. Dia tidak tanya, hanya menatap, saya juga tidak nafsu menjelaskan. Tapi rasanya dia paham. Masa itu, lebih penting bagi saya 1 piring warteg daripada membeli razor Gillette. Maklum gaji saya 100% untuk anak-istri yang saat itu masih berbeda kota. Beberapa jam kemudian, tergeletak 1 alat cukur kekinian di atas meja saya. Hmm.. ini pasti dari Willy, batinku.

Duh, kalo saya panjangin ceritanya, ini bisa berjilid-jilid. Coba persingkat ya. Dua tahun kemudian, secara tugas kantor saya menjadi atasan manusia-manusia aneh ini. Diamanatkan Chief AL jadi Redaktur Pelaksana. Sampai detik ini, saya juga tidak tahu apa alasan persisnya.

Dan F-16 salah satu yang begitu mensupport. Dia nurut aja ketika saya bisikin: "Tolong,Jack. Kalo ngedit tulisan wartawan, jangan pake tinta merah dan coretan huruf kapital kayak 10x lebih banyak dari panjang artikel. Don Miolo bisa menghabislan 1 Krat bir bila dapat catatan merah F-16." Dia senyum aja. 

Menjelang tahun 2000, manajemen Kompas Gramedia menitahkan penerbitan Motor Plus, sebagai produk turunan tabloid Otomotif. F-16 digadang-gadang jadi bos media baru ini. Dia memang redaktur khusus kendaraan roda dua di tabloid Otomotif. 

Saat konsep bayi Motor Plus siap dirakerkan di Anyer, mendadak ayahanda Willy berpulang ke Rahmatullah. Sebagai sahabat, tanpa diminta saya mengambilalih tanggung jawab F-16 memimpin raker pertama Motor Plus di Anyer. 

Dan beberapa hari kemudian, si Jangkung kembali masuk kerja dan selanjutnya membawa Motor Plus menjadi fenomena ajaib. Bahkan bisa melebihi tiras tabloid Otomotif. Rasanya mereka lebih sableng dan militan. Sungguh out of the box. Beberapa yang saya inget, yakni soal noraknya rubrik Cepot, dan singkatan SItuasi, KONdisi, TOLeransi, PANdangan dan JANGkaun yang ditulis di editorial Motor Plus. Direktur naik pitam, seluruh awak redaksi dapat SP. Benar-benar langka.

Lebih gokil lagi, Surat Peringatan itu ditempel-tempel di dinding kubikel. Seakan meledek, emang gue takut ama SP? 

F-16 lalu mempersunting mantan sekretaris Tabloid Otomotif, namanya Dewi Rachel alias Ambu alias Iwed. Pasangan unik kan? Kawinan dilaksanakan di Bandung, anak-anak kantor rame-rame ke sana.

Kemudian lahir putra-putri mereka yang diberi nama Cagiva Mirage Annisa, Indian Mikoyan Gurevich Bilal serta Husqvarna Sikorsky Askar Dreeskandar. Benar-benar tidak lazim. Namun demikian, keluarga kami sangat dekat, sebagaimana dengan keluarga generasi awal Otomotif Group. 

F-16 kemudian juga ditugaskan rangkap jadi Editor in Chief majalah lisensi Top Gear Indonesia. Mirip-mirip nasib saya, Pemimpin Redaksi banyak media Otomotif: ya Auto Bild, majalah JIP, Otosport, Auto
Expert, F1 Junior, Otomotif [tv] dll.

Majalah Top Gear (TG) Indonesia adalah media KG generasi awal yang menyerah dari keganasan
Poundsterling dan currency lain. Istilah Jl. Panjang, kantor kita ndak mau lagi bayar upeti utk bule, dan kita sendiri kebagian remah-remah. Kadang harus bleeding. 

Tidak ada lagi kemewahan menampung eks-karyawan ke media lain. Awan mendung sudah mulai terasakan di era 2005-2006 saat itu. Sehingga di-pendi-kan (baca: pensiun dini) menjadi kelanjutan cerita penutupan media. F-16 sebetulnya punya opsi tetap stay, karena dia juga nakhoda kapal besar yang bernama Motor Plus.

"Dulu waktu gw pertama kali dikasih tau TG akan tutup 3 bulan lagi, yg pertama gw tanya gimana nasib temen2? Dan kalo ada yg harus kena sanksi, disalahkan ato dikeluarkan, itu adalah gw. Kayaknya gw ngomong gitu sambil mau nangis." => ini WA asli Willy ke saya, izin copas, Jack.

Willy pun meninggalkan panggung KG dengan penuh respek. Ia mulai membangun bengkel -- dan kemudian franchising - yang tentu saja bernama bengkel F-16 dan bermakas di Ciledug. "Padahal waktu mau mulai, gue ini ternyata tidak tahu apa-apa sampe hal basic. Buka baut roda aja gue kagok." Bandul nasib bergerak ke arah positif. Pelan-pelan kehidupan F-16 yang tadinya remek sampe jual mobil untuk buka bengkel, "Semua sudah kembali koHen. Bahkan sudah sangat lebih," ceritanya suatu waktu. 

O iya, baru beberapa menit lalu saya tahu, nama koHen (versi Samudra alias Smd) pertama kali disematkan oleh F-16. "Rasanya  Willy, kita mau makan siang di Padang Fly over Tanah abang bareng Jul n Endi," tulis Gemblong alias Smd di WAG Alumni Otomotif. 

F-16 adalah salah jenis manusia lurus. Support tanpa reserve, bersama tanpa mengecilkan, setia sampai akhir. Di masa sulit IIMS  20-30 Agustus 2015, F-16 menggerakkan puluhan komunitas otomotif peduli keselamatan untuk hadir beramai-ramai ke IIMS Jiexpo Kemayoran. Saya tahu, ini akal-akalan F-16 yang untuk support saya, tanpa banyak bicara. Dia tahu posisi saya dan IIMS benar-benar di ujung tanduk, karena ada dua pagelaran serupa di waktu yang sama pula. 

Masa di mana ada sebagian orang  sulit dan ragu untuk bersikap. Bahkan ketika lembaganya sudah menitahkan dukung IIMS. Tapi Willy salah satu yang tampil terang-benderang. 

Thank you, Jack. Bisikku pelan. Seperti biasa, dia hanya senyum tanpa ingin membahas ikhtiar dia mensupport IIMS.

Dan tadi subuh, ketika berita duka itu terbaca di-WA, dan saya sampaikan ke istri. Hati kami laksana teriris silet. Airmata pun tak bisa dibendung. Kesedihan bukan semata lantaran kami sulit datang memberi penghormatan terakhir ke rumah duka. Tapi karena  begitu banyak memori ketulusan dan keagungan persahabatan kami. 

Selamat jalan, Jack. Doa kami sekeluarga semoga pengembaraanmu berikutnya jauh lebih nikmat dan husnul khotimah. Tunggu kami di tikungan ya. Hanya soal waktu. (bs)

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo