mobilinanews

Analisa Direktur Impreza Motorsport Tentang Mobil Salto Sean Gelael di Sprint Rally Meikarta

Selasa, 30/11/2021 19:19 WIB
Analisa Direktur Impreza Motorsport Tentang Mobil Salto Sean Gelael di Sprint Rally Meikarta
Mobil Citroen C3 R5 yang dikendarai Sean Gelael di Kejurnas Meikarta Sprint Rally 2021, Minggu (28/11/2021) lalu

mobilinanews (Jakarta) - Soal "insiden mobil salto" Sean Gelael dengan navigator Bamsoet (Ketum IMI Pusat) di SS2 Kejurnas Meikarta Sprint Rally 2021, Minggu (28/11/2021) kemarin masih menjadi perbincangan hangat.

John Impreza, Direktur Impreza Motorsport dengan pereli utamanya mendiang Tony Hardianto tahun 90-an dan awal 2000-an, mencoba menganalisa insiden yang sempat viral dan trending topic tersebut.

"Menurut saya sih karena setting mobil Sean itu sudah untuk aspal dan sudah ceper habis. Dan dia pakai spring untuk tarmac lebih keras dan lebih pendek sehingga begitu masuk gravel, dia tidak mampu menahan jumpingan.  

Setelah jump sekali dan jump sekali lagi. Maka dorongan dari suspensi belakang mengakibatkan mobil terjungkal.  

Seandainya, setting suspensinya gravel saya rasa gak masalah. Karena mobil ini suspensi WRC 2. Terkenal long lateral sangat stabil dalam jumpingan.

Ini analisa saya. Jadi bukan soal speed. Tapi soal setting suspensi. Tidak ada yang salah. Karena gravel hanya 10%. Jadi suspensi harus keras untuk hadapi aspal supaya tidak buang waktu. Kalau suspensi lembek dan long stroke pasti buang waktu di aspal.  

Nah karena short strokenya maka keras tidak untuk jumping. Di pagi hari masih becek bener kata Sean. Tak terasa jumpingannya karena kontur tanah lembek. 

Siang hari sudah kering. Dan mengeras. Demikian juga sudah tergerus lintasannya oleh mobil rally dan jeep lainnya membentuk kontur jalan jadi jump dan ada hump. Ini yang menyebabkan mobilnya terjungkal.

Kalau di rally, kita dulu ada istilah pace car. Sebelum 0 car masuk, pace car kita masuk duluan untuk cek kondisi terakhir sesuai nggak dengan pace note yang ditulis navigator sebelumnya ada jump atau tidak.

Nah, apalagi kemarin Bamsoet pasti tidak baca pace note. Saya percaya Sean sudah hapal jalannya.

Ini semua di luar dugaanlah karena kondisi lintasan berubah bentuk dan suspensi tidak untuk gravel. Saya percaya Sean pasti pakai suspensi bener-benar khusus tarmac.

Kalau pereli lain kan hanya turunin settingannya aja. Tidak pakai per tarmac. Jadi masih sedikit long strokenya.

Dan ban gravel kan 15 inch hi profile side wall-nya, kalau ban tarmac 18 inch dan low profile side wall ban-nya.

Jadi bukan masalah speed karena Citroen itu bisa lari 200 km/jam di gravel.

Subaru Group aja dulu bisa. Saya pernah rasakan di Sei Merah, Sumatera Utara, SS (Special Stage) yang lurusnya 1 km. Bayangkan, 
itu bisa lari 200 km/ jam. Dan banyak jump dan hump. Is okey. 

Apalagi Citroen C3 R5 yang jauh lebih canggih. Shocknya jauh lebih bagus. Tiga kali lebih canggih dari suspensi Subaru group A zaman dulu.

Jadi intinya, Sean gak salah. Ini keadaan trek dan settingan nggak bisa ganti karena settingan aspal (tarmac) tidak bisa untuk jumping di gravel.

Contoh rally cross yang diadakan di USA. Itu subaru pakai suspensi gravel. Walaupun bannya Yokohama aspal.

Hanya ini settingannya kan tarmac. Nah kalau perubahan kontur tanah makanya perlu namanya "pasukan siluman" yang masuk duluan untuk cek dan report. Kalau dibilang 0 (zero) car, itu kan layak apa tidak untuk start. Ini kan emang layak start. Tapi kan pace note bisa berubah.

Ini bukan soal safety. Tapi soal strategi untuk gas atau tidak, itu saja. Makanya tim manager itu penting untuk mengerti strategi. Bukan urusin hotel dan tenda. Itu sih sekretaris punya kerjaan.

Sean dan settingan tidak salah. Hanya kurang 1 bagian lagi. "Tim siluman" untuk masuk ke SS melakukan recheck. Kayak team 555 di WRC itu ada, yang masuk ke dalam SS sebelum 0 dan 00 masuk.

Jadi kejadian gini jangan juga salahkan panitia tidak ada 0 Car. Dari dulu juga Sprint Rally gak ada 0 Car.

Dulu alm. Tonny Hardianto bisa terbalik juga kesalahannya. Mau mengalahkan waktunya sendiri, di SS yang sama.

Saya lihat videonya, saya salut dengan Sean. Sangat tenang. Memang he is the WRC driver. Sayang kalau disalahin. Itu salah besar.

Rally Cross Subaru, pakai suspensi gravel

Saya kenal Sean dari umur 11 tahun, sudah saya managerin di Serge Rally 2007. Jadi nggak banyak yang tahu waktu itu. Hanya di Rally Palembang, Balikpapan dan Bali. Saya jadi team managernya.

Jadi Sean 110km/jam itu bukan kenceng juga. Itu nggak salah speed. Bisa-bisa kalau lebih kenceng lagi malah selamat. Karena lewati hump tersebut. Bener gak? Nah ini teknis. Simple kok.

Kalau driver salah itu biasanya nabrak kiri kanan atau nggak perlu sliding dia sliding. Atau dia overshoot nah bolehlah dibilang salah. Tapi kalau ini 110km/jam sih pelan. Saya dulu naik Subaru test sama Wono (Anthony Sarwono, navigator senior) di Sei Merah Sumut, lari 180 hampir 200 km." (**)

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo