mobilinanews

F1 2022: Charles Leclerc Bersitegang Dengan Bos Ferrari, Rumour Opsi Pindah ke Mercedes Mulai Bergulir

Kamis, 04/08/2022 00:01 WIB
F1 2022: Charles Leclerc Bersitegang Dengan Bos Ferrari, Rumour Opsi Pindah ke Mercedes Mulai Bergulir
Charles Leclerc mulai tak nyaman dan secara terbuka berseberangan dengan Team Principal Ferrari Mattia Binotto. (Foto: formula1news)

mobilinanews (Italia) - Di awal musim 2022 dalam tiga seri balap usai GP Australia, Charles Leclerc memimpin klasemen F1 dengan keunggulan 46 poin atas Max Verstappen (Red Bull Racing). Kini dalam separoh musim kompetisi, balik ia kalah 80 poin dan tampaknya akan susah dikejar dalam 9 race sisa.

Ada 3 faktor yang membuat angkanya disalip drastis oleh Verstappen. Pertama, daya tahan SF-75 besutan Leclerc dan kerusakan teknis yang membuatnya gagal finish 3 kali. Kedua, kesalahannya sendiri seperti di Imola. Ketiga, kesalahan strategi yang diterapkan tim.

Yang terakhir ini setidaknya terjadi tiga kali, membuat kesempatan Leclerc yang sudah di ambang kemenangan jadi terbuang.

Kesalahan strategi terakhir terjadi di GP Hungaria, Minggu lalu. Saat memimpin balapan, ia dipanggil masuk pitstop untuk kali kedua dan dipasangi ban berkompon keras, padahal ia sudah minta bertahan dengan ban medium seperti halnya ban milik Verstappen.

Dengan ban keras yang saat itu sulit mendapatkan suhu ideal karena cuaca yang dingin, membuat Leclerc keteteran. Mobilnya beberapa kali alami selip. Beberapa lap kemudian ia harus masuk ekstra pitstop ganti ban lunak, tapi sudah terlambat karena jarak waktu yang sudah sangat jauh.

Fakta lain adalah imbauan Pirelli selaku pemasok ban tunggal di F1. Pabrikan Italia ini sudah sarankan ke seluruh tim agar tidak menggunakan ban keras sepanjang balapan GP Hungaria karena faktor suhu yang akan mempersulit pemanasan.

Tapi, Team Principal Ferrari Mattia Binotto  puya argumentasi lain. Ia pikir ban keras akan menguntungkan pembalapnya di beberapa lap akhir saat ban mobil rival sudah terdegradasi. Pemikiran yang kemudian salah dan karena itu ganti ban lagi ke jenis lunak.

Serangkaian pembicaraan radio antara Leclerc dengan petinggi Ferrari di pitwall menggambarkan ketidakinginan Leclerc ganti ban keras. Ia mempertanyakan hal itu dan dijawab tim dengan jawaban-jawaban mengambang dan normatif.

Dan, seusai balapan, Binotto berdalih bukan strategi ban yang salah tetapi performa mobil mereka yang menurun. Oleh karena penurunan kecepatan itulah, katanya, Leclerc dipasangi ban keras dengan prediksi tersebut di atas yang nyatanya gagal.

"Dengan kondisi mobil seperti itu, pakai strategi ban apa pun akan sama hasilnya," tegas Binotto.

Kali ini Leclerc tak diam saja menelan kesalahan tim seperti dua kasus sebelumnya. Kini ia terang-terangan membantah pernyataan bosnya secara terbuka.

"Sejak awal saya ingin ban medium hingga akhir balapan. Sama sekali tak mengerti mengapa diganti ban keras. Kecepatan saya sangat bagus saat gunakan ban medium. Dan, penggunaan ban keras itu membuat saya kehilangan race ini," kata Leclerc yang tadinya memimpin balapan tapi akhirnya finish di posisi ke-6.

Saat gunakan hard tyre itu, katanya, ia kehilangan 1 detik per lap. Saat masuk pit tambahan hlang waktu 20-an detik.

Bantahan Leclerc pun jadi pergunjingan besar di Italia. Seperti biasa, media dan tifosi bereaksi keras. Kesalahan beruntun Binotto seakan tak lagi terampuni.

Desakan mundur berhamburan, termasuk desakan kepada dewan pimpinan Ferrari untuk menggantinya. Berbagai cemoohan muncul di media sosisl maupun di website para pendukung Scuderia Ferrari. Binotto jadi musuh bersama. 

Belakangan rekan satu timnya, Carlos Sainz, pun ikut diserang. Tak lain karena driver asal Spanyol itu mendukung strategi Binotto di Hungaria sebagai pilihan yang sangat tepat.

Dengan kata lain ia menyerang Leclerc, sekaligus mempertajam isu rivalitas mereka di dalam tim meski tak diumbar ke media.

Menariknya, komentar tifosi dan media semakin liar dengan usulan agar Leclerc tinggalkan saja skuad The Prancing Horse jika masih dipimpin Binotto meski pembalap Monaco ini terikat kontrak hingga akhir musim 2024.

Ia disarankan hengkang ke tim Mercedes untuk gantikan Lewis Hamilton yang kontraknya berakhir pada 2023 dan diprediksi akan pensiun. Bahkan, bukan tak mungkin Hamilton akan pensiun tahun ini jika sama sekali tak meraih kemenangan di musim 2022.

Wacana menggiring Leclerc ke Mercedes kemudian dikomentari sahut menyahut oleh tifosi. Dan, bisa jadi, opsi ini diam-diam sudah dipertimbangkan Mercedes sebagai alternatif saat Hamilton memutuskan berhenti.

Punya line up Leclerc dan George Russell sudah pasti keuntungan tersendiri buat pabrikan Jerman itu. (rnp)

About Us | Our Team | Careers | Pedoman Siber | Disclaimer

© 2017 mobilinanews.com All Right Reserved
frodo