Ferrari di Mata Mantan Pembalap F1 Jean Alesi, Terpuruk Tapi Tak Seburuk Yang Dikeluhkan Tifosi

Selasa, 16/08/2022 23:27 WIB

mobilinanews (Italia) - Eks pembalap Ferrari Jean Alesi (Prancis) punya pendapat bijak soal kondisi Ferrari di musim 2022 yang dienuhi hujatan media Italia dan tifosi. Ada sisi lain yang selama ini tak terlihat, dan itulah yang ia ingin tifosi pahami.

Musim ini Charles Leclerc tercatat tiga kali gagal meraih kemenangan semata karena kesalahan strategi yang diterapkan tim. Beberapa kali juga mobil tim Italia ini terkendala teknis saat memimpin race.

Itu membuat media dan tifosi di seantero Italia ramai-ramai dan terus-menerus mengkritik Mattia Binotto sebagai pemimpin tim. 

Wajar jika fans meradang karena Ferrari sudah sangat lama tak berjaya di F1, terakhir kali pada musim 2008. Baru di musim 2022 ini potensi bangkit terlihat saat Leclerc unggul 46 poin atas Max Verstappen (Red Bull) setelah 3 race awal. Tapi, akibat serangkaian blunder tadi, kini berbalik Leclerc yang tertinggal 80 poin. 

Alesi menyayangkansiksiap media dan tifo itu, karena menurutnya apa yang saat ini terlihat tidaklah seburuk yang disangkakan.

"Ini bukan hasil buruk buat Ferrari setelah beberapa tahun terakhir mereka punya mobil yang sangat buruk. Mereka nyaris tak pernah meraih podium. Tapi, sekarang mereka punya mobil sangat kompetitif," kata Alesi yang memperkuat The Prancing Horse pada musim 1991-1995 dengan prestasi terbaik peringkat 4 klasemen akhir.

"Mereka memiliki saat-saat dimana mereka membuat keputusan yang salah pada momen yang salah. Ini yang harus kita lihat betapa kesalahan kecil bisa berdampak besar pada sisi buruknya," lanjut Alesi yang sepanjang karir F1-nya juga pernah membesut tim Tyrrell (1989-1990), Benetton (1996-1997), Red Bull (1998-1999), Prost (2000) dan pensiun bersama Jordan di akhir musim 2001.

Dalam satu dekade terakhir Ferrari memang kesulitan melawan Red Bull dan Mercedes yang bergantian jadi leader. Tentu butuh waktu untuk membangun tim yang layak melengserkan rivalnya yang secara konsisten berlaga di lini depan selama satu dekade terakhir.

“Yang harus saya katakan adalah lebih penting untuk memiliki mobil yang cepat, dan kemudian menyempurnakan tim. Ferrari sudah lama
tidak memenangkan kejuaraan dan mereka sedang membangun grup. Dan, mereka bertarung dengan grup seperti Mercedes dan Red Bull yang dalam 12 tahun terakhir telah memenangkan segalanya," tandas Alesi yang kini berusia 58 tahun.

Dengan kata lain Alesi berharap permakluman untuk meilihat kondisi Ferrari saat ini. Binotto yang basisnya memang mesin sudah berhasil menciptakan mobil yang bersaing di baris depan. 

Ia bukan figur yang selama ini kuat dalam memenej tim, dan Alesi yakin berbagai kasus musim ini akan menjadi bekal Binotto memperkuat organisasi maupun keputusan-keputusan operasionalnya di saat balapan.

Binotto menjadi team principal Ferrari pada 2019. Dalam dua tahun ia bisa membangun F1-75 yang terbukti mumpuni di grid F1, bahkan secara data menjadi mobil tercepat saat ini. Itu yang tak bisa dilakukan para pendahulunya sejak 2009.

Bahwa ia terkesan lemah menyusun dan menetapkan strategi di lapangan, menurut Alesi, tak lain karena baru kali inilah Ferrari kembali ke baris depan dan menjadi tempat Binotto belajar.

Ia berharap di paro kedua kompetisi F1 tahun ini kelemahan itu mulai bisa ditutupi. (rnp)

TERKINI
Bengkel Siaga Suzuki Jadi Andalan Pemudik: Permintaan Melesat 56% Tahun 2024 PEVS 2024: Kendaraan Listrik Menjadi Wadah Komersial Bergengsi hingga Media Edukasi dan Unjuk Prestasi Pelajar Indonesia PEVS 2024 : Neta V-II Meluncur, Janjikan Kenyamanan Lebih dengan Banderol Harga Cuma Rp200 Jutaan Planet Ban Hadirkan Kampanye Keberlanjutan Industri Otomotif Dalam Bisnis!