Insiden di ISSOM 2024 : Ananda Mikola Hormati Keputusan Steward, Sayangkan Toyota Gazoo Racing Indonesia Tidak Banding

Jum'at, 08/03/2024 01:18 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Sebagai Waketum Olahraga Mobil IMI Pusat, Ananda Mikola mengatakan menghargai keputusan Steward (Pengawas Lomba) yang menolak protes dari Toyota Gazoo Racing Indonesia, dan menyatakan kejadian di kelas ITCR 1200 sebagai Racing Incident (murni sebuah insiden balap).

"Kalau saya ditanya sebagai Waketum Olahraga Mobil IMI Pusat, iya saya tidak bisa intervensi keputusan Steward di Kejurnas Balap Mobil ISSOM 2024 round 1 kemarin. Yang bisa saya lakukan adalah mengumpulkan Racing Committee (RC) yang bertugas, evaluasi, serta meminta agar lebih cermat lagi ke depan," ujar Ananda Mikola kepada mobilinanews.

Ananda Mikola, mantan pembalap A1GP Indonesia menyampaikan itu usai melakukan rapat dengan para petugas lomba di ISSOM (Steward dan COC), Komisi Balap Mobil, serta deputi Olahraga Mobil IMI Pusat di kantor IMI GBK Senayan, Jakarta, Kamis (6/3/2024).

Agendanya, membahas dan evaluasi pelaksanaan ISSOM seri pertama secara umum. Termasuk insiden mobil Daffa AB "disundul" dr Fadli Ananda di lintasan aspal kurang bagus menuju tikungan 3 pada latihan resmi Jumat (1/3/2024), menyebabkan mobil Daffa ringsek. Hingga insiden ITCR 1200. 

Ananda Mikola, dari kacamata mantan pembalap, Andri dinilai salah karena menabrak dari belakang

"Namun kalau ditanya sebagai mantan pembalap, dan setelah melihat video kejadian di S Kecil antara pembalap nomor 11 (Amato Rudolph, Toyota Gazoo Racing Indonesia) dan nomor 33 (M Andri Abirezky, Honda Racing Indonesia), menurut pendapat saya, subyektif tentu saja,  pembalap nomor 33 yang salah. Karena menabrak dari belakang, mengakibatkan nomor 11 kehilangan posisi terdepan," ungkap Ananda Mikola

Jadi poinnya, lanjut Nanda, apapun alasannya, pembalap menabrak pembalap di depannya, tetap bersalah. Karena mengakibatkan pembalap tersebut kehilangan posisi, meski masih bisa melanjutkan balapan. Sedangkan yang menabrak justru DNF (did not finish).

Suami artis Marcella Zalianty ini justru menyayangkan kenapa Toyota Gazoo Racing Indonesia (TGRI) tim pembalap Amato tidak melanjutkan ke tingkat banding ketika surat protesnya ditolak. "Kalau yakin bener, kenapa nggak lanjut ke Banding?," ujar Nanda.

"Mekanismenya kan memang begitu. Setelah surat Protes, kemudian boleh lanjut Banding. Di proses Banding tersebut, kami kemudian membentuk Tim Panel terdiri-dari 3 tokoh yang ahli di bidangnya, memanggil saksi-saksi, pihak yang terlibat hingga saksi ahli, sebelum membuat keputusan dan dilaporkan kepada Ketum IMI Pusat," terang Nanda. 

Dengan tidak melakukan Banding, kata Nanda, berarti bisa dianggap prosesnya sudah selesai. 

MINIM FASILITAS DI SIRKUIT

Toh, putra dari legenda hidup motorsport Indonesia, H Tinton Soeprapto ini juga tak ingin menyalahkan sepenuhnya kepada RC, khususnya Steward yang bertugas di ISSOM kemarin.

"Saya tahu, juga ada kendala dialami teman-teman Steward ketika bertugas. Salah satunya, minimnya fasilitas yakni kamera di sirkuit Sentul yang terbatas. Dan, kalau yang namanya keputusan, FIA (Federasi Bermotor Dunia) sekali pun juga pernah membuat kesalahan," urai Nanda.

Meski begitu, Nanda meminta agar petugas lomba, RC, terus membekali diri dengan seminar olahraga balap, update regulasi FIA serta mengikuti perkembangan peraturan di balapan sekelas F1 hingga MotoGP. "Serta, yang terpenting, harus kedepankan faktor kehati-hatian dalam memutuskan insiden atau kejadian dalam balapan," 

"Dan, ternyata saya baru sadar, Steward di balap mobil ISSOM, banyak yang bukan dari latar belakang mantan pembalap. Ada baiknya ke depan, salah satu dari 3 Steward yang bertugas adalah Steward mantan pembalap," harap Nanda. 

HATI HATI BER-SOSMED

Namun, Nanda juga menyayangkan setelah kejadian tersebut ada oknum pembalap dan official team yang kemudian menumpahkan kekesalannya di sosmed (Instagram) hingga mention kepada Bamsoet selaku Ketum IMI Pusat.

"Memang sekarang era-nya sosmed. Tapi, dalam Suplementary Regulation IMI untuk kejurnas balap mobil, tertulis pembalap dan tim tidak diperbolehkan menyampaikan ketidakpuasan di sosmed," tutur Nanda.

Tidak hanya di Suplementary Regulation IMI, juga ada dua keterangan di Peraturan Balap Mobil IMI 2024 terkait larangan bersosmed.

Pertama, Butir 6 : Tidak diperkenankan melakukan publikasi di media sosial terkait kejadian baik sebab maupun akibat yang terjadi selama kegiatan ISSOM tanpa seizin Panitia Penyelenggara, Racing Committee maupun Steward.

SANKSI : Management Sentul International Circuit melarang pembalap pembalap, team, mekanik atau kru tersebut untuk mengikuti segala kegiatan otomotif di sirkuit Sentul. 

Kedua, Butir 9.6 : ...Sanksi berupa skorsing dapat dijatuhkan pada pembalap, anggota team dlsb. Demikian pula halnya dengan postingan di media sosial.  

Maka untuk kebaikan bersama ke depan, IMI mengagendakan pertemuan dengan para pembalap dimaksud, dalam waktu dekat ini.

Nanda menegaskan, tidak perlu kuatir, karena ia hanya ingin menyampaikan pesan kepada adik-adik pembalap yang usianya relatif muda, di bawah 25 tahun untuk balapan kelas ITCR 1200 ini.

"Lebih ke sharing aja sih. Saya tahu, teman-teman pembalap dalam insiden kemarin, tidak memiliki latar belakang sebagai pegokart sebelumnya. Padahal itu penting sebagai basic olahraga mobil," imbuh Nanda.

"Dan, saya ingin, setelah pertemuan nanti, tidak ada lagi `perseteruan` antara Toyota dan Honda. Keduanya tim besar, tim pabrikan, yang sangat penting keberadaannya untuk kemajuan balap di Indonesia. Bisa menjadi triger dan inspirasi untuk tim-tim lain. Baik Honda dan Toyota memiliki kontribusi besar di balap mobil," beber Nanda lagi. 

Satu hal lagi, tegas Nanda, atas kejadian tersebut menjadi evaluasi kita semua. "Semua. Dari Steward, COC, pembalap, tim bahkan wartawan peliput balap. Jika ada salah, tidak satu pihak saja. Ini kita jadikan sebuah pembelajaran, agar ke depan menjadi lebih baik. Amin," pungkas Nanda.  

SUDAH SEPERTI MATI RASA

Menanggapi kenapa tidak melakukan Banding ketika Protes-nya ditolak Steward, Arie Awan selaku Public Relation Manager PT Toyota Astra Motor sebagai Team Principal TGRI memiliki alasan tersendiri. 

Arie Awan (kiri) dan Dimitri Fitra Ditama, tak ingin membunuh mental dan karier pembalap

"Pertama, jujur ya, kami itu sudah seperti mati rasa, karena berbagai regulasi diterapkan di Kejurnas Balap Mobil itu sering aneh-aneh, dan cenderung merugikan TGRI. Terbaru, ya, adanya kategori Master di ITCR 1200. Itu kan ajaib. Wong kelas pemula, pembibitan, kok tiba-tiba ada Masternya. Itu saja sudah mengganggu akal sehat," terang Arie Awan.

Dan, lanjut Awan, yang dikuatirkan terbukti pesertanya hanya 1 pembalap, dan dari Honda Racing Indonesia.

"Kalau tujuannnya menampung pembalap senior tidak mampu melanjutkan ke kelas level di atasnya (ITCR 1500) karena masalah budget, mana buktinya? Faktanya malah tim pabrikan yang ikutan di kelas Master, ini kan jelas salah sasaran. Jangan hanya karena kebutuhan marketing atau public relation demi title juara tetapi harus begini caranya. Percuma title juara tetapi tidak melawan siapa siapa alias balapan sendirian di kelasnya,” ucap Awan. 

“Alasan kedua, kami tidak Banding karena tidak ingin membunuh mental dan karir pembalap muda. Ini hanya kelas pembinaan, nggak perlu ribut terlalu jauh. Senggolan atau kecelakaan dalam balapan itu normal terjadi, tetapi ada kode etiknya."

"Seharusnya, CoC dan Steward dapat lebih cermat lagi dalam mengambil keputusan jika terjadi kontak atau senggolan sesuai peraturan atau kode etik yang ada. Sehingga pembalap muda ini bisa belajar, saling respect dan continues improvement. Value itu yang harus kita jaga,” papar Awan.

Arie Awan mengungkapkan, tidak ada masalah dengan teman-teman di HPM (Honda Prospect Motor).

"Kami fine fine saja, bersahabat, setiap saat berkomunikasi dan saling support di berbagai event. Bahkan di cabang balap lain seperti Rally dan Slalom, tidak pernah ada masalah karena kejuaraan berjalan fair dan sportif. Sering kali kalah di slalom atau rally, ya kami biasa saja. Menang atau kalah itu biasa," tambahnya.

"Tapi, di balap mobil ISSOM kami merasa kok lain. Intinya, kami merasa sering dikerjain, dan saat ini sudah di titik nadir terendah," beber Awan. 

Padahal sejujurnya semua dilakukan, lanjut Awan, karena TGRI ingin ikut berkontribusi dalam pembinaan pembalap muda di Indonesia.

ANDRI TAK INGINKAN TERJADI KECELAKAAN 

Sementara itu Yulian Karfili selaku Communication Strategy Sub-Division Head Honda Prospect Motor mengungkap kejadian di ajang balap mobil ISSOM yang melibatkan pembalapnya kemarin, sejatinya tidak diinginkan oleh setiap pihak karena akan merugikan semua pihak.

Yulian Karfili, yakin Andri juga tak inginkan terjadi insiden kecelakaan

"Kita kan juga tidak menginginkan adanya kecelakaan. Poinnya buat kami, dalam balapan kalau insiden dan sampai satu mobil tidak finish, itu kan juga merugikan karena berarti tidak mendapatkan point," jelas Arfi, sapaan akrab Yulian Karfili.

Arfi beranggapan, insiden yang terjadi dilatarbelakangi keinginan Andri Abirezky tampil terbaik, terlebih merupakan balap perdana berseragam Honda Racing Indonesia sebagai tim pabrikan.

"Saya juga yakin seyakin-yakinnya bahwa itu (insiden) tentu tidak diinginkan Andri, serta tidak diinginkan semua pihak. Sebagai pembalap yang baru bergabung di HRI, dengan reputasi tanpa cacat selama sekitar 5 tahun di ajang balap mobil, mau menunjukkan performa yang maksimal. Begitu ya saya kira," pungkas Arfi.

Dan pihak HPM selaku Team Principal Honda Racing Indonesia, menyatakan siap membantu dan terbuka kapan saja jika harus dilakukan investigasi tambahan terkait insiden kecelakaan yang melibatkan pembalapnya. Untuk kebaikan semua pihak ke depannya. (budsan)

TERKINI
Dukung Pengembangan Pendidikan Vokasi, AHM-Wahana Makmur Sejati Buka Teaching Factory di Tangerang MMKSI Luncurkan Pajero Sport dan New Xpander Cross Limited Edition, Hanya 800 Unit di Indonesia! Hadirkan Gaya Berkelas, Vespa Rilis Vespa Primavera dan Vespa Sprint 2024 Terbaru! Cara Mudah Merawat Cat Doff Pada Kendaraan, Yuk Simak!