Honda dan Nissan Bersatu Atasi Derasnya Gelombang Mobil Listrik China, Ini Strateginya

Minggu, 17/03/2024 00:28 WIB

mobilinanews (Jakarta) - Produsen mobil Jepang, Honda dan Nissan, menyatukan kekuatan mereka dan bekerja sama dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik.

Langkah kolaboratif ini dilakukan guna menanggapi kompetisi dari perusahaan kendaraan listrik China.

Dikutip dari laman Guardian pada Sabtu (16/3/2024), kesepakatan antara Honda dan Nissan melibatkan kerja sama dalam produksi komponen dan perangkat lunak.

Kedua pihak telah menandatangani nota kesepahaman pada Jumat (15/3/2024).

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk mengurangi biaya produksi.

Pabrikan mobil tradisional mengalami kesulitan dalam bersaing karena pertumbuhan cepat sektor kendaraan listrik, yang meningkatkan biaya pengembangan secara signifikan.

Diketahui, Nissan sebenarnya merupakan pelopor kendaraan listrik.

Namun, perusahaan ini kesulitan untuk mengimbangi pemain China yang mampu mengakses bahan baku dan tenaga kerja yang lebih murah. Belum lagi, skala yang lebih besar dan pelanggan potensial.

"Pemain baru sangat agresif dan membuat terobosan dengan kecepatan luar biasa. Kami tidak bisa memenangkan persaingan selama tetap berpegang pada kearifan konvensional dan pendekatan tradisional," kata CEO Nissan, Makoto Uchida.

Presiden Honda, Toshihiro Mibe, berkata perusahaan otomotif Jepang harus lekas mengejar ketertinggalan di ranah kendaraan listrik.

"Pada tahun 2030, untuk berada dalam posisi yang baik kita memerlukan keputusan sekarang. Kebangkitan pemain baru menjadi semakin cepat dan kuat. Perusahaan yang tidak dapat merespons perubahan ini akan tersingkir," tuturnya.

Honda dan Nissan masing-masing menjual lebih dari tiga juta mobil secara global dan kemitraan ini diharapkan dapat diterapkan di seluruh operasi di Jepang dan luar negeri.

Perjanjian antarperusahaan tidak mengikat, artinya kemitraan masih bisa berakhir, dan tidak melibatkan modal apa pun.

Profesor ekonomi bisnis di sekolah bisnis Birmingham, David Bailey, berpendapat upaya Honda dan Jepang mengejar ketertinggalan sangat wajar.

Mengingat, manuver produsen mobil listrik China juga membuat perusahaan mobil barat waswas.

"China mampu memproduksi mobil yang menguntungkan dengan harga 25 persen hingga 30 persen lebih rendah. Pemerintah China sangat mendukung ekspor kendaraan listrik dan sebagai hasilnya, Anda akan melihat lebih banyak mobil China beredar di jalanan," ujar Bailey.

Perusahaan Build Your Dreams (BYD) dan Li Auto dari China telah memperoleh pangsa pasar dalam industri yang kompetitif, bersama dengan Tesla milik Elon Musk.

Awal tahun ini, BYD bahkan menyalip Tesla sebagai produsen mobil listrik terlaris di dunia.

Meskipun kendaraan listrik sudah menjadi bagian pasar yang mapan, produsen dan pemasok mobil masih berlomba untuk mengembangkan teknologi generasi berikutnya.

Itu termasuk baterai solid-state yang disebut-sebut sebagai cara untuk meningkatkan jangkauan kendaraan, serta keselamatan berkendara.

Industri ini juga menjadi pusat ketegangan geopolitik, di tengah kekhawatiran mengenai ketergantungan yang berlebihan pada bahan mentah dari China.

Akhir tahun lalu, Northvolt, satu-satunya pembuat baterai listrik lokal terbesar di Eropa, mengatakan telah membuat `terobosan` baterai natrium-ion yang dapat mengatasi masalah tersebut. (krm)

TERKINI
Dukung Pengembangan Pendidikan Vokasi, AHM-Wahana Makmur Sejati Buka Teaching Factory di Tangerang MMKSI Luncurkan Pajero Sport dan New Xpander Cross Limited Edition, Hanya 800 Unit di Indonesia! Hadirkan Gaya Berkelas, Vespa Rilis Vespa Primavera dan Vespa Sprint 2024 Terbaru! Cara Mudah Merawat Cat Doff Pada Kendaraan, Yuk Simak!