mobilinanews.com (Tasikmalaya) – Penggunaan injeksi atau karburator masih terus menjadi polemik khususnya di ajang balap motor. Plus minus penggunaan teknologi injeksi versus karburator menjadi salah satu hal yang disorot PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM).
Meskipun dalam 2 kelas utama yang dipertandingkan (YCR 1 & 2) masih terjadi pertarungan antara tim balap pengguna injeksi dan karburator, namun di mata Supriyanto, Manager Motor Sport YIMM, teknologi bisa lebih unggul namun dengan beberapa catatan.
“Karburator memang menang di bejekan gas yang lebih spontan, namun dari segi lainnya penggunaan injeksi lebih menguntungkan. Saat bermanuver di tikungan yang tidak terlalu patah, tenaga injeksi bisa optimal layaknya karburator. Jadi ada plus minusnya” ujar Supriyanto kepada mobilinanews.
Yamaha yang sudah tidak lagi meluncurkan varian motor berkaburator sejak 2014, sepakat dengan regulasi global yang mensyaratkan motor haruslah ramah lingkungan dan mengacu pada sertifikasi EURO 3. Dan motor yang ramah lingkungan yaitu dengan penggunaan injeksi.
Terkait penggunaan teknologi injeksi di ajang balap pun sesungguhnya akan lebih simpel untuk melakukan perubahan performa, karena bisa diprogram secara computerize.
“Injeksi bukan berarti tidak bisa ngebut loh, sejauh bejekan gas dilakukan dengan merunut. Asupan tenaga yang dihasilkan sistem pembakaran injeksi justru lebih optimal,” papar pria yang total mengurus ajang balap Yamaha ini.
Selain dari sektor teknologi mesin (injeksi), kondisi trek yang ideal dengan tidak didominasi oleh tikungan pendek juga bisa menjadi faktor penentu seorang pebalap bisa tampil sebagai juara. Diutarakan Supriyanto, ke depan ajang balap motor idealnya tidak lagi menggunakan karburator.
Pertanyaanya, apakah IMI (Ikatan Motor Indonesia) selaku pemangku adat gelaran motorsport di tanah air mampu menselaraskan aturan main dengan ragam varian motor yang saat ini didominasi teknologi injeksi?