mobilinanews (Yogyakarta) - Semangatnya, yang penting event bisa berjalan dulu. Dan mestinya bisa diselenggarakan di seluruh sirkuit permanen yang ada di Indonesia, yang memiliki infrastruktur bagus, semisal hotel dekat sirkuit.
"Untuk tahun ini, sebaiknya tidak berorientasi profit dulu. Tapi yang penting tetap ada event balap. Dengan bahasa orang Jawa, bikin eventnya patungan, gotong royong," ujar Irwan Ardiansyah, mantan crosser dan pembalap motor asal Yogyakarta.
Apalagi karena konsep tanpa penonton, yang otomatis tidak ada pemasukan dari tiket penonton buat penyelenggara, penyelenggaraan event diharuskan dengan live streaming atau live TV.
"Kemudian, untuk pendaftaran peserta/pembalap dibikin mahal, sedangkan hadiahnya lebih dikecilin.
"Pembalap dan promotor harus sama-sama mau berkorban bersama, yang penting kejurnas jalan," lanjut Dian.
Bagaimana dengan peran IMI?
"Selain IMI yang membuat regulasi standar covid, juga harus mau berkorban. Misalnya, bayar rekomnya tidak full tapi 50 persen," terang Dian yang dua putra-putrinya sudah mulai terjun di ajang balap motocross ini.
Event dijalankan sembari menunggu perkembangan covid membaik, sehingga lanjut Dian, nanti lebih mudah serta lebih paham harus bagaimana menjalankan event untuk tahun depan.
"Sebagai insan motorsport, harus semangat, masak kita terpuruk terus," pungkas Dian. (bs)