
mobilinanews (Jakarta) - Pasar kendaraan listrik yang terus berkembang tiga hingga empat tahun belakangan di Indonesia menjadi salah satu potensi otomotif yang bisa dimanfaatkan oleh produsen otomotif.
Pemain-pemain otomotif lama asal Jepang yang cenderung menahan diri untuk terjun ke pasar kendaraan listrik akhirnya terlihat ketinggalan dibandingkan dengan merek-merek baru asal Cina.
Bila melihat bersandar pada data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan wholesale EV domestik mobil listrik dalam tujuh bulan terakhir mencapai 17.800 unit. Naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu
Sejumlah merek otomotif asal China berkontribusi signifikan terhadap perkembangan penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang semakin pesat di Indonesia.
Merek seperti Wuling, BYD, hingga Neta disebtkan menyumbang sekitar 90 persen dari total penjualan wholesale atau penjualan dari pabrik ke distributor atau diler untuk EV domestik sepanjang Januari-Juli 2024.
Empat dari lima merek EV paling laris didominasi oleh merek-merek asal Cina. Hal ini membuktikan bahwa pabrikan asal Negeri Tirai Bambu itu tidak main-main dengan pengembangan produk dan pasar elektrifikasi di Tanah Air.
Masih dari data GAIKINDO, BYD telah menjual lebih dari 3.500 unit kendaraan meski baru diperkenalkan ke pasar domestik pada awal tahun ini. Masyarakat Indonesia tampaknya tertarik dengan model sedan BYD Seal yang menyumbang lebih dari separuh penjualan tersebut.
Selanjutnya, ada Chery membukukan penjualan lebih dari 3.000 unit meski baru meluncurkan satu model EV, Omoda E5. Merek lainnya dengan penjualan wholesale paling banyak yakni Morris Garage (MG), yang terafiliasi SAIC Motor, sebanyak 1.900 unit.
Sementara itu, beberapa merek asal China lain seperti Neta dan DFSK-Seres mencatat penjualan ratusan unit. Capaian ini membuktikan bahwa pertumbuhan elektrifikasi di Indonesia terus bergerak maju dan berpotensi menguatkan pasar otomotif Tanah Air.