
mobilinanews (Jepang) - Kalah 21 poin dengan Jorge Martin di klasemen kejuaraan dunia tak membuat Francesco Bagnaia gentar. Tak lain karena ia dan rivalnya rawan celaka di tengah balapan.
"Musim ini sangat mudah terjadi kesalahan, kecelakaan, membuat semuanya bisa berubah dengan sangat cepat," kata si juara dunia bertahan, Bagnaia.
Karena itu ia tak ingin mengesampingkan kesempatan rekan setimnya di pabrikan Ducati, Enea Bastianini, meski sudah tertinggal 75 poin di klasemen. Begitu pun kans Marc Marquez yang sudah defisit 78 poin gara-gara motornya terbakar di seri Mandalika pekan lalu.
Dengan total poin 185 dari 5 seri sisa musim ini, kata Bagnaia, secara hitungan matematika memang masih ada kesempatan buat Bastianini dan Marquez meski sangat berat. Tapi, itu tadi, dengan rawannya kesalahan dan kecelakaan maka sesuatu yang tak terduga bisa terjadi kapan saja dan di seri mana saja, dimulai dari GP Jepang akhir pekan ini.
Hal sama diakui Martin, butuh kondisi istimewa untuk membuka peluang Bastianini dan Marquez. Tapi, sepanjang peluang ada meski sekecil apa pun maka itu tetaplah sebuah peluang.
"Tapi, sejak awal saya sudah perkirakan perebutan gelar hanya antara saya dan Pecco (Bagnaia). Dalam 5 race sisa itu pula yang akan terjadi," ucap rider Pramac Ducati itu.
Buat Martinator 5 seri sisa menjadi pertaruhan penting dan bersejarah bagi diri dan keluarganya. Ini kesempatan emas atau bahkan satu-satunya kesempatan dirinya menjadi juara dunia MotoGP setelah gagal tahun lalu. Soalnya, tahun depan ia pindah ke tim pabrikan Aprilia yang diprediksi belum akan mampu melawan Ducati dalam dua musim ke depan hingga regulasi teknis baru dimainkan pada 2027.
Bagi Martin, memikirkan hal itu acap menjadi tekanan mental tersendiri. Apalagi ini juga kesempatan terbaik buat Pramac menjadi satu-satunya tim satelit yang bisa lahirkan juara dunia di kelas primer.
Karena itu Martin tak ingin terbebani hal itu, antara lain untuk menghindari kemungkinan membuat kesalahan dalam race.
"Mulai sekarang saya tak ingin berpikir hitung-hitungan soal poin. Yang harus saya lakukan adalah bekerja lebih baik dan lebih baik lagi. Saya tak pikirkan rival, bertarung untuk diri sendiri saja dan berusaha lebih baik dari rival. Itu saja," katanya.
Martin menyebut ia selalu belajar dari kesalahan. Itu pula yang membuatnya dominan di main race GP Mandalika setelah bikin salah di sesi sprint race.
"Berpikir seperti itu membuat saya kini lebih matang, lebih detil dalam memperhitungkan situasi," tandasnya.
Ya, secara mental, pastinya suasana hati Martin saat ini lebuh baik dari Pecco. Sepanjang suasana itu terjaga maka Martin yakin bisa meraih gelar tahun ini. Karena dengan motor dan aspek lainnya, ia tak punya masalah krusial. Lebih penting baginya menjaga dan meningkatkan diri sendiri, ketimbang memikirkan Pecco. (rn)