MotoGP 2024: Honda Datangkan Romano Albesiano Melawan Dirinya, Begini Komentar Luigi Dall`Igna

Senin, 14/10/2024 23:30 WIB | Rulin purba
Delapan tahun berjuang barulah Luigi Dall`Igna sukses merebut gelar lewat Francesco Bagnaia.  Foto: ist)
Delapan tahun berjuang barulah Luigi Dall`Igna sukses merebut gelar lewat Francesco Bagnaia. Foto: ist)

mobilinanews (Italia) - Baru saja Honda Racing Corporation (HRC) mendapuk Romano Albesiano dari skuad pabrikan Aprilia menjadi Direktur Teknik per Januari tahun depan. Jelas arahnya untuk melawan Ducati yang tengah meraja.

Ini peristiwa langka. Kali pertama Honda mempercayakan kendali teknis ke luar teknisi Jepang. 

Tapi, juga peristiwa unik di tengah persaingan di kelas primer yang beberapa tahun terakhir dikuasai Ducati berkat kedatangan sang guru Luigi 'Gigi' Dall'Igna sebagai General Manager Ducati Corse yang mengomandani desain dan produksi serial Desmosedici.

Seperti halnya Gigi, Albesiano juga datang dari skuad pabrikan Aprilia. Ia berperan mengangkat derajat Aprilia lewat seri RS-GP dari tim penerima konsesi hingga pada level kompetitif di baris tengah saat ini dengan beberapa podium dan kemenangan.

Tujuan Honda mendapuk Albesiano jelas untuk mengatrol Honda yang saat ini justru penerima konsep konsesi. Ironis karena brand Jepang ini adalah raja kelas primer sejak era Michael Doohan hingga Marc Marquez.

Untuk meraih kelas itu Honda tentu harus menyingkirkan Ducati yang menjadi raja baru dalam tiga tahun terakhir. Artinya, Albesiano harus head to head dengan Dall'Igna sebagai penanggungjawab desain dan seluruh aspek teknis.

Datang sebagai sesama mantan Aprilia, tentu sangat sulit memprediksi apakah Albesiano bisa sesukses langkah Dall'Igna .

Dan, untuk kali pertama, Gigi pun memgomentari kepergian Albesiano ke kubu Honda. Lewat wawancara dengan media olahraga Italia, La Gazetta dello Sport, Gigi menyebut kesempatan dan tantangan besar telah menanti Albesiano.  Secara ekonomi, katanya, sejawatnya itu punya banyak hal yang bisa ia kembangkan.

"Tapi ia juga harus bersiap diri dengan filosofi mentalitas dan budaya kerja yang sangat berbeda. Saya tak berpikir kalau hal itu akan mudah," katanya.

Ya, budaya kerja yang disebut Gigi bukan hal baru yang dihadapi para teknisi Eropa yang berpengalaman bersama tim Jepang macam Honda, Yamaha dan Suzuki. Secara umum berpendapat kalau cara kerja Eropa yang praktis dan cepat bertinddak sangat berbeda dengan budaya Jepang yang memegang teguh soal.senior atau yunior, dan untuk mengambil keputusan bisa 5 sampai 10 kali lebih lambat karena semuanya harus detil, penuh perhitungan dan itu tadi harus tunggu arahan para senior. Setidaknya begitulah kesan yang ada.

Dall"Igna tak mengalami proses seperti itu karena datang dari Aprilia ke Ducati yang sama-sama Italia. Meski begitu ia juga harus mengubah filosofi pengembangan Desmosedici dengan tidak sepenuhnya pertahankan gaya Italia,  tetapi mulai memgambil beberapa bagian dari konsep serial RCV mulai dari RC211V sampai RC213V. 

Seperti kata Gigi, Albesiano memang punya kesempatan sekaligus tantangan do Honda. Pastinya tak mudah dan butuh waktu, entah berapa lama.

Yang jelas, salah satu alasan Marquez meninggalkan Honda karena, katanya, membangun motor kompetitif itu perlu waktu beberapa tahun. Ia tak ingin menanti karena sudah tergerus usia (30-an tahun) dan tak bisa menunggu waktu lama karena keburu usia bertambah  dan kemampuan menurun.

Gigi sendiri pergi ke Ducati pada 2014. Lanjutkan proyek Desmosedici yang fibangun sejak 2003 dengan mengubah filosofi Ducati dengan cara tak lagi hanya mengandalkan bodi bongsor dengan power dahsyat, tapi mulai membangun motor yang balance antara power dengan kemampuan manuver yang dimiliki Honda RC213V.
Dua tahun kemudian, pada 2016, Ducati baru menang lagi  lewat  Andrea Dovizioso dan Andrea Inannone. Hanya dua seri, tapi itu cukup melegakan tenggorokan karena sepanjang 2011 sampai 2015 tak sekalipun Ducati meneguk P1 dalam  balapan.

Sejak itu Desmosedici GP mulai rajin tarung di zona podium dan Dovizioso beberapa kali jadi penantang Marquez dalam perebutan gelar meski harus mentok pada posisi runner up.

Baru pada musim 2022 Ducati meraih gelar dunia lewat Bagnaia dan lanjut pada 2023 dan 2024 ini entah lewat Bagnaia atau jorge martin (Pramac Ducati).

Artinya, Gigi perlu waktu 8 tahun untuk mengakhiri dominasi motor Jepang di kelae primer. (rn)