
mobilinanews (Jakarta) - Lembaga Studi dan Penelitian berskala internasional, Prognos mengungkapkan bahwa elektrifikasi kendaraan di dunia akan merugikan pekerja bahkan mereka akan kehilangan sumber pendapatannya.
Studi tersebut mencontohkan di Jerman, mereka memprediksi hilangnya banyak pekerjaan di industri mobil Jerman muncul saat VW menuntut para pekerja untuk menerima pemotongan gaji sebesar 10 persen untuk menyelamatkan posisi mereka.
Prognos mengatakan perubahan menuju elektrifikasi akan menciptakan lebih banyak pekerjaan di bidang seperti TI, tetapi jumlah karyawan secara keseluruhan akan turun.
Karena itu, jika orang bekerja pada usia 18 tahun dengan keyakinan bahwa mereka dapat bekerja selama 45 atau 50 tahun sebelum berlayar menuju masa pensiun itu sulit terjadi di era ini. Alasannya jelas pekerjaan di industri otomotif Jerman selalu tampak seperti taruhan.
Namun, sebuah studi baru mengatakan bahwa pemikiran itu sudah ketinggalan zaman dan memperkirakan ratusan ribu pekerja bisa kehilangan pekerjaan hanya dalam waktu satu dekade, dengan EV yang menanggung sebagian besar kesalahan.
Dalam kasus VW terkait pemotongan gaji sebesar 10 persen untuk menyelamatkan karyawannya sendiri, sebuah penelusuran oleh Prognos, mengutip Carscoops, senin (4/11), menunjukkan bahwa hal itu mungkin hanya menunda hal yang tak terelakkan yakni pemutusan hubungan kerja.
Laporan tersebut memperkirakan peralihan ke elektrifikasi akan mengurangi jumlah pekerja di sektor otomotif Jerman sebanyak 186.000 pada tahun 2035 dibandingkan dengan tingkat tahun 2019.
Pengurangan jumlah karyawan sebagian besar, karena mobil listrik yang membutuhkan lebih sedikit komponen daripada pendahulunya yang menggunakan bahan bakar. Itu berarti bahwa, baik karyawan pembuat mobil maupun mereka yang bekerja di industri pemasok berisiko kehilangan posisi mereka.
Pekerjaan yang terkait dengan pengelasan dan pemrosesan logam, serta manajemen dan administrasi bisnis, akan semakin langka, klaim laporan tersebut, tetapi produsen mobil perlu merekrut lebih banyak orang yang bekerja di bidang TI, teknik listrik, dan juga teknik mesin.
Secara keseluruhan, akan lebih banyak pekerjaan akan hilang daripada yang diciptakan. Jadi meskipun pekerja yang berisiko sebaiknya mengikuti pelatihan ulang, tetap saja tidak akan ada cukup peran pada tahun 2035 untuk semua orang yang saat ini bekerja di industri otomotif.
Laporan Prognos mengatakan bahwa transisi dalam susunan pekerjaan di produsen mobil Jerman telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, tetapi akan semakin cepat dalam 10 tahun ke depan.
Terkait prediksi tu, tidak ada bukti perubahan yang lebih jelas daripada di VW, yang meminta karyawannya untuk menerima pemotongan gaji dan mungkin akan segera menutup tiga pabrik, padahal sebelumnya tidak pernah menutup pabrik dalam seluruh sejarah perusahaan.
Faktanya, baru beberapa hari lalu dilaporkan bahwa Audi akan menutup pabriknya di Brussels, tempat Q8 e-tron diproduksi, pada Februari 2025.
Pimpinan VW kala itu mengklaim bahwa langkah radikal harus diambil untuk membantu perusahaan melewati masa-masa sulit. Dan para pekerja harus siap untuk berkorban dalam jangka pendek jika mereka ingin memiliki harapan untuk menyelamatkan pekerjaan dalam jangka panjang.
"Kami sangat membutuhkan pengurangan biaya tenaga kerja untuk mempertahankan daya saing kami. Ini membutuhkan kontribusi dari tenaga kerja," kata Kepala agian personalia merek VW, Arne Meiswinkel, menurut Reuters.
Produsen mobil itu terpaksa membuat keputusan sulit karena tengah berjuang menghadapi badai kenaikan biaya, penerimaan kendaraan listriknya yang lebih lambat dari perkiraan di Eropa dan AS, dan pangsa pasar yang menurun di Tiongkok.