mobilinanews (Arab Saudi) - Pereli utama tim Toyota Gazoo Racing Nasser Al-Attiyah mengancam malas ikut Rally Dakar berikutnya jika regulasi tak berubah. Apa kata rivalnya?
Hasil akhir Dakar tahun ini menyisakan PR buat FIA. Berulangkali Al-Attiyah mengritik peraturan. Bahkan sebelum lomba berakhir pada 15 Januari lalu, pereli Qatar itu sudah lontarkan uneg-unegnya.
Yang paling disorot adalah dimensi ban Toyota Hilux 4x4 yang ia gunakan dibandingkan dengan ban buat buggy besutan rivalnya dari X-Raid Mini Stephane Peterhansel dan Carlos Sain Sr. Masing-masing gunakan ban diameter 810 dan 940 mm. Tentu saja volume anginnya juga berbeda.
Itu, menurut Al-Attiyah, membuat traksi ban pesaingnya lebih bagus di lintasan pasir dan terutama lagi lebih toleran di trek bebatuan.
"Untuk regulasi lain biar tim atau Toyota yang bicara. Saya bicara dari sisi perbedaan ban saja. Tim kami mengalami ban bocor sebanyak 106 kali. Data ini saja sudah berbicara banyak," katanya.
Ia sendiri mengalami 16 kali ban bocor sepanjang 12 hari kompetisi. Sekali waktu 3 ban bocor sekaligus, tanpa cadangan yang cukup. Membuatnya tertatih ke garis finish dengan waktu terbuang sangat banyak.
"Ini aturan yang tidak fair. Jika tak berubah maka saya tak lagi tertarik ikut lomba ini," tegas Al-Attiyah yang sudah 3 kali juara di reli marathon ini.
Tahun lalu itu juga masalah yang dihadapi Al-Attiyah sehingga kalah dari Sainz yang menjadi juara.
Peterhansel yang menjuarai edisi 2021 pun berkomentar. Ia tak tertarik membahas isu regulasi yang diapungkan lawannya karena sudah terlalu sering disinggung dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Peter, kekalahan Al-Attiyah sudah dimulai sejak sesi prolog sehari sebelum lomba resmi dimulai.
"Ia terlalu egois memenangkan sesi itu. Membuatnya harus start pertama sebagai pembuka jalan pada SS1 dengan segenap resikonya. Di sini saja ia sudah kehilangan waktu 12 menit dan jadi tekanan tersendiri ke SS berikutnya," ucap Peter yang hanya sekali finish P1 dalam 12 SS yang berlangsung.
"Dakar bukan hanya soal kecepatan, tapi juga strategi," imbuh juara Dakar 14 kali itu yang sepanjang lomba tak banyak menyerang tapi lebih fokus pada memenej selisih waktunya dengan rival.
Sebaliknya dengan Al-Attiyah. Untuk mereduksi waktu tak ada yang bisa dilakukan selain gaspol dengan kemungkinan resikonya.
Sebenarnya ada satu regulasi baru pada lomba tahun ini, yakni batas kecepatan maksimal 180 km per jam. Konon aturan ini atas lobi Toyota. Dan, sebelum lomba aturan itu diprediksi akan menyulitkan Mini besutan Peter dan Sainz.
Nyatanya tak demikian. Keduanya tak masalah. Kalau Sainz gagal pertahankan gelar tak lain karena kesulitan dengan sistem navigasi baru yang digital.
Adil atau tidak, FIA akan mengevaluasinya bersama ASO sebagai penyelenggara Rally Dakar.
Jutta Kleinschmidt, salah satu direktur di Komisi Rally FIA, mengaku masalah regulasi ini akan naik ke meja diskusi untuk menetapkan perlu perubahan atau tidak. (rnp)