Solar Jadi BBM Paling Boros Dana Subsidi di 2024, Pertalite di Posisi Kedua

Kamis, 09/01/2025 09:10 WIB | Ade Nugroho
Solar Jadi BBM Paling Boros Dana Subsidi di 2024, Pertalite di Posisi Kedua
Solar Jadi BBM Paling Boros Dana Subsidi di 2024, Pertalite di Posisi Kedua

mobilinanews (Jakarta) – Sepanjang 2024, subsidi bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu pos anggaran terbesar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Berdasarkan data realisasi APBN 2024 yang disampaikan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), solar tercatat sebagai BBM yang paling banyak menyedot dana subsidi dengan total mencapai Rp89,7 triliun.

Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara, menjelaskan bahwa subsidi besar untuk solar disebabkan oleh tingginya insentif yang diberikan pemerintah. “Harga sebenarnya solar sepanjang 2024 seharusnya adalah Rp11.950 per liter. Namun, dengan adanya subsidi, masyarakat hanya membayar Rp6.800 per liter,” ujar Suahasil, Senin (6/1/2025).

Setiap liter solar yang dibeli oleh masyarakat disubsidi sebesar Rp5.150, yang setara dengan 43 persen dari harga asli. Dana subsidi ini dinikmati oleh lebih dari 4 juta kendaraan di seluruh Indonesia yang menggunakan solar sebagai bahan bakar utama. “Jadi, setiap liter yang masuk ke tangki kendaraan Anda, APBN membayar Rp5.150,” tambahnya.

Pertalite dan Minyak Tanah Juga Menyerap Dana Besar

Selain solar, subsidi untuk Pertalite juga menyedot dana APBN yang signifikan. Sepanjang 2024, subsidi untuk Pertalite mencapai Rp56,1 triliun. Harga asli Pertalite sebenarnya adalah Rp11.700 per liter. Namun, pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp1.700 per liter, sehingga masyarakat hanya perlu membayar Rp10.000 per liter.

“Subsidi ini dimanfaatkan oleh sekitar 157,4 juta kendaraan di Indonesia yang menggunakan Pertalite. Dengan begitu, APBN 2024 mengalokasikan lebih dari Rp56 triliun hanya untuk BBM jenis ini,” jelas Suahasil.

Sementara itu, minyak tanah menjadi BBM ketiga dengan subsidi terbesar. Total subsidi untuk minyak tanah mencapai Rp4,5 triliun sepanjang 2024. Minyak tanah ini sebagian besar digunakan oleh 1,8 juta rumah tangga di Indonesia.

Harga asli minyak tanah sebenarnya adalah Rp11.150 per liter, tetapi pemerintah memberikan subsidi sebesar Rp8.650 atau setara dengan 78 persen dari harga asli. Dengan subsidi ini, masyarakat hanya membayar Rp2.500 per liter untuk mendapatkan minyak tanah.

Subsidi BBM: Keberlanjutan dan Tantangan

Tingginya alokasi subsidi untuk BBM, terutama solar dan Pertalite, menimbulkan sejumlah tantangan bagi keberlanjutan anggaran negara. Di satu sisi, subsidi ini membantu meringankan beban masyarakat dan pelaku usaha. Namun, di sisi lain, beban anggaran negara semakin besar di tengah kebutuhan pembiayaan sektor lain yang juga mendesak.

Menurut Suahasil, pemerintah terus berupaya menyeimbangkan kebutuhan subsidi dengan pengelolaan fiskal yang sehat. Kebijakan ini mencakup evaluasi rutin terhadap besaran subsidi serta pengawasan distribusi agar tepat sasaran.

Subsidi BBM di Indonesia tidak hanya menjadi isu fiskal, tetapi juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas. Solar, misalnya, menjadi bahan bakar utama bagi sektor transportasi dan logistik, sehingga subsidi yang diberikan turut mendukung stabilitas harga barang dan jasa di masyarakat.

Namun, pemerintah juga menghadapi tantangan untuk mendorong transisi energi yang lebih ramah lingkungan. Sementara subsidi BBM terus diberikan, pemerintah mulai menggencarkan penggunaan energi alternatif seperti kendaraan listrik sebagai salah satu solusi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada BBM fosil.

Dengan alokasi dana subsidi yang mencapai ratusan triliun, langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan anggaran menjadi prioritas. Bagaimanapun, subsidi BBM tetap menjadi instrumen penting untuk menjaga daya beli masyarakat, stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan sosial di Indonesia.