
mobilinanews (Malaysia) - Juara dunia 2024 Jorge Martin harus pulang lebih awal ke negerinya, Spanyol. Dalam kondisi patah tulang di tangan dan kaki. Sayang, padahal tadinya hanya 2 keinginannya pada sesi tes resmi di Sepang ini.
Eks joki Pramac Ducati yang kini di tim pabrikan Aprilia itu mengalami nasib nahas dalam hari pertama tes Sepang, Rabu (5/2). Ia alami dua kecelakaan, salah satunya terbilang fatal karena jatuhnya model highside, yakni terlempar ke udara dan kemudian terbanting ke bumi.
Akibatnya ada dua tulang pembalap Spanyol itu yang patah. Satu di tangan kanan dan satunya di kaki kiri. Beberapa bagian tubuh lainnya juga lecet-lecet.
Dari lokasi kecelakaan, Martin langsung diangkut ke klinik sirkuit, lanjut ke rumah sakit lokal. Terbaru, dikutip dari media GPone, ia langsung diterbangkan ke Spanyol untuk jalani operasi.
Ironis. Sebab, rencana awal rider berjuluk Martinator itu bukanlah segera menemukan kecepatan di atas motor barunya, Aprilia RS-GP. Hanya dua rencana kerja yang ia tetapkan, yakni beradaptasi dengan motornya dan saat sama mencoba mencari celah untuk pengembangan motor.
"Saya harus menghadapi kenyataan dan tantangan. Pindah ke Aprlia butuh adaptasi mendalam karena saya selalu bersama Ducati selama di MotoGP," kata Martinator saat tiba di Malaysia.
‘Tentu saja ada kombinasi adaptasi dengan pengujian hal-hal baru. Anda tidak bisa hanya fokus pada adaptasi karena hal itu membuat Anda kehilangan waktu untuk berevolusi," katanya, dikutip dari Motosan.
Jika sudah menemukan keseimbangan itu dan nyaman di atas motor, barulah ia akan berusaha memberi masukan teknis kepada para teknisi Aprilia untuk pengembangan motor.
"Saya yakin tidak akan butuh waktu lama untuk menemukan titik di mana saya bisa menguji berbagai hal, tetapi untuk mencapai kecepatannya, saya tidak tahu, saya tidak tahu."
Dari paparannya jelas tergambar kalau Martin sungguh menyadari situasinya yang sangat berbeda dibandingkan saat menjadi pembalap tim pabrikan Ducati.meski bergabung dalam tim satelit. Ia juara dunia bertahan, tapi tidak realistis untuk sekadar berharap ikut dalam perburuan gelar 2025.
Ia hanya inginkan dua hal tadi, adaptasi dan upaya pengembangan motor. Tapi, kenyataan berkata lain. Ia celaka meski pada saat tidak mengutamakan speed, terluka dan harus pulang duluan. (r)