
mobilinanews (Italia) - Rivalitas keras dan penuh kontroversi tak lagi ada di MotoGP sejak era Valentino Rossi satu induk dengan Jorge Lorenzo di tim Yamaha dulu. Akankah hal sama terjadi pada duet Marc Marquez - Francesco Bagnaia tahun ini?
Beberapa mantan pembalap dan pengamat memprediksi kemungkinan itu karena keduanya bertarung di level kejuaraan dunia seperti halnya Rossi dan Lorenzo. Legenda balap motor Giacomo Agostini menyebut Rossi dan Lorenzo ibarat singa dan harimau disatukan dalam satu kandang. Berebut menu utama, yakni kemenangan.
Mungkin akan sedikit beda. Rossi dan Lorenzo sama keras, agresif dan bisa culas. Marquez dan Bagnaia punya kepribadian berbeda. MM93 agresif, ambisius, dan bisa bermain keras untuk kalahkan lawan. Sebaliknya Bagnaia yang lebih tenang dan tak banyak omong atau tuntutan. Ia salah satu rider yang dinilai bermain bersih. Juga tak reaktif berlebihan saat dirugikan.
Karena itu Ducati sejauh ini tidak khawatir tentang potensi kisruh di garasi mereka. Manajer Tim Davide Tardozzi menepis kekhawatiran tentang persaingan internal yang dapat mengganggu keharmonisan tim Borgo Panigale.
Sama dengan bos Ducati lainnya, Luigi Dall"Igna. Ia menyebut kedua pemegang gelar juara dunia itu sudah dewasa dan sangat profesional. Kedua hal itu yang dengan sendirinya akan menghindari konflik besar.
"Saya juga tak meminta mereka harus berteman dan pergi bersama. Tugas mereka hanya meraih kemenangan dengan cara profesional," tegas Dall"Igna.
Marquez juga tidak berpikir akan ada perselisihannya dengan Bagnaia meski keduanya akan bersaing dalam perebutan gelar tahun ini. Gelar ke-6 buat Marquez dan ke-3 buat Bagnaia jika tercapai.
MM 93 menyebut Bagnaia adalah seorang petarung seperti dirinya dan akan berjuang keras untuk saling mengalahkan. Tapi, ia yakin duel itu akan bersih dan keduanya sudah cukup dewasa untuk bekerja sama sebagai sebuah tim.
"Jika Anda menaruh dua ekor ayam jantan di kandang yang sama pada usia 22 atau 25 tahun, itu buruk. Itu bom waktu. Tapi Pecco berusia 27 tahun dan saya 32 tahun,” kata Marquez lewat acara TV Spanyol El Hormiguero yang kemudian dikutip media motorsport.
“Pecco adalah seorang pria sejati, dia tenang. Kami bekerja sama selama pramusim dan berbagi banyak percakapan untuk mendapatkan motor terbaik."
Karena itu ia yakin tak akan adu taji atau ribut dengan Bagnaia di kandang sama. Mereka sudah sadar betapa pentingnya menjaga harmonisasi sebuah tim. Sebaliknya saat berada di lintasan balap Karena keduanya datang untuk berkompetisi.
"Sekarang saya sudah bisa bedakan mana balapan dan pentingnya keharmonisan tim. Saat usia 20-an tahun saya tak bisa membedakannya. Semuanya seperti hidup atau mati," tukas Marquez yang sempat terkenal sebagai pembalap kotor yang menggunakan semua cara untuk juara, tanpa peduli resikonya.
"Pecco pria sejati. Ia tak pernah meninggikan suaranya atau apa pun (yang negatif). Tapi, di dalam lintasan, dia adalah petarung. Dari race pertama sampai akhir mungkin saja banyak mata tertuju ke kami. Kami tahu bagaimana di dalam lintasan sebagai sesama pembalap dan bagaimana diluar balapan sebagai mitra."
Marquez mengakui tujuannya ke Ducati adalah bagian dari upaya meraih gelar juara dunia lagi. Meninggalkan teman-teman dan bayaran mahal di Honda sembari mengambil resiko bergabung dengan tim satelit Gresini Ducati.
"Saya hanya ingin mengukur kemampuan diri, apakah masih cukup kompetitif atau tidak. Jika bisa bersaing lewat Gresini maka segala sesuatunya akan lebih mudah, terutama menuju tim pabrikan Ducati. Saya senang sekarang semuanya sesuai dengan rencana."
Rencana berikutnya jelas.meraih gelar juara dunia. Yang belum jelas apakah gaya balapnya masih sama seperti usia 20-an tahun atau gaya baru usia 30-an tahun yang lebih dewasa dan bersih?
Mari dinanti mulai dari seri perdana musim 2025, GP Thailand pada 10 Maret nanti di Buriram, Thailand. (r)