
mobilinanews (Jakarta) - Kasus pengoplosan bahan bakar minyak (BBM) yang melibatkan para petinggi PT Pertamina Patra Niaga berdampak negatif bagi pengguna kendaraan yang menenggak BBM campuran itu.
Dalam kasus ini, orang-orang nakal di perusahaan pelat merah itu mencampur BBM RON 90 yang dikenal dengan Pertalite dengan BBM RON 92 Pertamax untuk mengambil keuntungan lebih dari penjualan di SPBU.
Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menyebutkan bahwa aksi mencampur bahan bakar minyak dengan kandungan Research Octane Number (RON) yang berbeda serampangan akan menimbulkan dampak negatif bagi kendaraan dan lingkungan.
“Seperti mencampur RON 90 dan RON 92 dapat menimbulkan dampak negatif pada kendaraan dan lingkungan. Secara teknis pencampuran ini jelas dapat mengubah karakteristik pembakaran bahan bakar,” ujar Yannes di Jakarta beberapa waktu lalu.
RON campuran, dalam hal ini Pertamax oplosan, jelasnya merupakan rata-rata tertimbang dari kedua nilai oktan, tetapi sifat kimia dan aditif dalam bahan bakar tidak selalu bersifat linier saat dicampur. Hal ini bedampak negatif
Bila dilakukan secara sembarangan, akan berpotensi menyebabkan bunyi seperti ketukan pada mesin (knocking) atau detonasi yang merusak mesin terutama pada kendaraan berteknologi tinggi.
Lebih lanjut, penggunaan bahan bakar yang dioplos secara sembarangan ini menyebabkan ketidakstabilan pembakaran jika tidak sesuai kebutuhan mesin. Kondisi itu meningkatkan risiko knocking pada mesin beroktan tinggi atau menurunkan efisiensi termal.
“Perbedaan karakteristik aditif antara kedua jenis bensin dapat memengaruhi kebersihan ruang bakar dan sistem injeksi. Jika dilakukan secara tidak tepat, pencampuran dapat merusak komponen mesin dan menurunkan performa kendaraan,” terangnya,
Praktik mencampur RON 90 dengan RON 92 secara ilegal adalah pelanggaran serius. Mengambil kentungan dengan cara yang merugikan konsumen karena kualitas bahan bakar tidak sesuai.
Cara kotor itu, berpotensi meningkatkan biaya perawatan kendaraan dari yang seharusnya, karena terjadi masalah serius pada komponen kendaraan terutama mesin. Apalagi pencampuran bahan bakar tidak direkomendasikan tanpa panduan teknis yang jelas